Abu Dhabi, MINA – Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) menyiapkan dana sebesar 22,8 miliar dollar AS untuk berinvestasi di Indonesia melalui Sovereign Welth Fund bersama-sama dengan Masayoshi dari Softbank (Jepang), dan juga dari International Development Finance Corporatio (IDFC) Amerika Serikat.
Kesediaan Pemerintah UEA menyiapkan dana investasi yang cukup besar itu disampaikan Putra Mahkota UEA, Pangeran Sheikh Mohammed Bin Zayed (MBZ) dalam pertemuan bilateral dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), di Istana Qasr Al Watan, Abu Dhabi, UEA, Ahad (12/1) malam waktu setempat, seperti dikutip dari Setkab.gi.id, Senin (13/1).
“Tadi dibicarakan dari Presiden mengenai Sovereign welth fund waktu tete a tete kebetulan saya ada, bahwa Crowned Prince itu berulang kali mengatakan bahwa Indonesia adalah sahabat kami yang sangat dekat. Dan berulang kali beliau mengingatkan bahwa Indonesia penduduk Islam terbanyak. Jadi, mereka ingin berkontribusi bagi negara Indonesia,” kata Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, dalam konferensi pers di Emirate Palace, Abu Dhabi, UEA.
Menko Kemaritiman dan Investasi menilai, persetujuan yang disampaikan Pangeran Sheikh Mohammed Bin Zayed adalah satu deal terbesar mungkin dalam sejarah Indonesia dalam waktu singkat di negara Timur Tengah yaitu United Emirat Arab.
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Dengan Sovereign welth fund itu, lanjut Luhut, UEA akan masuk berinvestasi dalam pembangunan Ibu Kota Baru di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Bahkan, Luhut mengemukakan, Presiden Jokowi meminta agar Pangeran Sheikh Mohammed Bin Zayed menjadi Dewan Pengarah di pembangunan Ibu Kota Baru itu.
Mengenai teknis investasi UEA itu, Luhut menjelaskan, akan banyak di BUMN, di Petrochemical dan sebagainya.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam konperensi pers itu menyampaikan, dalam pertemuan bilateral antara Presiden Jokowi dengan Pangeran Sheikh Mohammed Bin Zayed itu dihasilkan 16 kerja sama. Rinciannya lima kerja sama sifatnya G to G, sementara 11 kerja sama yang lain sifatnya adalah business.
“Untuk G to G nya adalah di bidang pendidikan Islam, kemudian kesehatan, kemudian pendidikan itu sendiri, terus kemudian dari agriculture, dan untuk counter terrorism. Sedang yang 11 lainnya adalah sifatnya B to B (Business to Business),” jelas Menlu. (R/R5/RS2)
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Mi’raj News Agency (MINA)