Xinjiang, MINA – Pihak berwenang China di Xinjiang membatasi jumlah Muslim Uighur yang diizinkan untuk berpuasa Ramadhan.
Pembatasan ini menuai kritik keras dari kelompok-kelompok hak asasi yang melihat arahan pemerintah sebagai upaya terbaru untuk mengurangi budaya Muslim Uighur di wilayah tersebut. Radio Free Asia melaporkan, yang dikutip MINA, Ahad (3/4).
Selama bertahun-tahun, para pejabat di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang (XUAR) telah melarang Muslim Uighur menjalankan Ramadhan. Termasuk melarang pegawai negeri sipil, siswa dan guru untuk berpuasa.
Beberapa komite lingkungan di Urumqi serta beberapa pejabat desa di prefektur Kashi dan Hetian telah menerima pemberitahuan bahwa hanya 10-50 Muslim yang diizinkan untuk berpuasa selama Ramadhan.
Baca Juga: 7 Pemimpin Negara Arab Kompak Tolak Rencana Trump Relokasi Gaza
Mereka yang akan berpuasa Ramadhan harus mendaftar ke pihak berwenang, menurut administrator lokal dan polisi di Xinjiang.
Seorang administrator desa yang mengawasi 10 keluarga di daerah Yining, mengatakan pendaftaran sudah berlangsung di komunitasnya. Anak-anak usia sekolah tidak diperbolehkan untuk berpuasa.
“Sistem ini dirancang untuk menghindari agama memberikan efek negatif pada pikiran anak-anak,” katanya.
Seorang karyawan Muslim Uighur di sebuah hotel yang dihubungi oleh RFA mengatakan, dia tidak bisa menjawab apa-apa tentang Ramadhan, dan langsung menutup telepon. (T/RS2/P1)
Baca Juga: Bantuan Rumah Mobil dan Peralatan Berat Akhirnya Dapat Masuk Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)