Oleh : Ali Farkhan Tsani*
Sudah menjadi ketentuan kalau kaum yang zalim, ingkar, dan kafir kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menyatu dengan kaum yang zalim, ingkar, dan kafir lainnya. Mereka akan terus berupaya merangkul dan mencari dukungan dari kelompok sejenisnya, orang awam, umat yang tidak terpimpin, yang mereka ajak kerjasama dalam menyebarkan fitnah di permukaan bumi ini.
Ini seperti peringatan Allah di dalam firman-Nya :
وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بَعۡضُہُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٍۚ إِلَّا تَفۡعَلُوهُ تَكُن فِتۡنَةٌ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ وَفَسَادٌ۬ ڪَبِيرٌ۬
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta
Artinya : “Adapun orang-orang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai kaum muslimin) tidak melaksanakan apa yang diperintahkan Allah, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan fitnah yang besar.” (Q.S. Al-Anfaal / 8 : 73).
Sebab-sebab turunnya (asbaabun-nuzul) ayat tersebut, diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Abu Syaikh dari Suddi dari Abi Malik, bahwa ayat ini turun berkenaan dengan suatu peristiwa, di mana salah seorang sahabat mengajukan pertanyaan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang harta warisan. Ia bertanya, “Bagaimanakah kalau kami memberikan harta warisan atau menerimanya dari saudara kami yang musyrik?”
Sehubungan dengan pertanyaan itu, maka turunlah ayat di atas, yang intinya memberi penegasan bahwa kaum musyrikin walau bagaimanapun tetap akan bantu-membantu di antara mereka dalam menghancurkan Islam. Demikian pula sebaliknya, kaum muslimin akan tolong-menolong di antara mereka dalam menegakkan kebenaran. Intinya, kaum muslimin tidak dibenarkan oleh Allah Subhaanahu Wa Ta’ala memberikan harta warisan kepada sanak kerabatnya yang musyrik.
Dalam hadits riwayat Al-Hakim dari Usamah, Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam pada suatu waktu menegaskan bahwa orang muslim tidak boleh mewarisi harta dari orang kafir, dan orang kafir tidak boleh diberi warisan oleh orang muslim.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari
Sehubungan dengan hal itulah, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan ayat ke 72 dan 73 dari Surat Al-Anfaal sebagai penegasan bahwa orang mukmin merupakan kekasih dan pelindung orang mukmin, sebaliknya orang kafir adalah kekasih dan pelindung di antara mereka.
Firman Allah :
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَـٰهَدُواْ بِأَمۡوَٲلِهِمۡ وَأَنفُسِہِمۡ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَٱلَّذِينَ ءَاوَواْ وَّنَصَرُوٓاْ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ بَعۡضُہُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٍ۬ۚ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَلَمۡ يُہَاجِرُواْ مَا لَكُم مِّن وَلَـٰيَتِہِم مِّن شَىۡءٍ حَتَّىٰ يُہَاجِرُواْۚ وَإِنِ ٱسۡتَنصَرُوكُمۡ فِى ٱلدِّينِ فَعَلَيۡڪُمُ ٱلنَّصۡرُ إِلَّا عَلَىٰ قَوۡمِۭ بَيۡنَكُمۡ وَبَيۡنَہُم مِّيثَـٰقٌ۬ۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٌ۬
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Anfal / 8 : 72).
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
Kesatuan Muslimin
Agama merupakan kebenaran ajaran yang diyakini seseorang. Orang yang menganut sebuah agama meyakini kebenaran agama tersebut, lalu menjalankan keyakinannya dengan sungguh-sungguh, mendakwahkannya dengan segenap kemampuan. Hingga memperjuangkan dan mempertahankannya dari serangan-serangan pihak luar yang mencoba mengganggunya. Untuk itu para penganut agama yang taat, pasti akan berusaha mencari teman yang mempunyai keyakinan yang sama, untuk bersama-sama dan bersatu menjalankan agamanya, mendakwahkan, dan memperjuangkannya.
Oleh sebab itu, para pemeluk setiap agama mempunyai kedekatan, ikatan, persaudaraan, dan hubungan yang bersifat khusus. Hubungan yang dibangun di atas landasan keagamaan itu bahkan sangat kuat, lebih kuat dibandingkan hubungan karena kekerabatan, pekerjaan, atau lainnya. Dengan kekuatan khusus itulah, antara sesamanya mereka saling memiliki solidaritas (ukhuwah), saling melindungi, saling menolong, dan saling membantu, lintas sektoral, lintas bangsa, suku, ras dan aneka jabatan keduniaan lainnya.
Karena ikatan-ikatan iman itu tertuang dalam misi Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
وَمَآ أَرۡسَلۡنَـٰكَ إِلَّا رَحۡمَةً۬ لِّلۡعَـٰلَمِينَ
Artinya : “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Q.S. Al-Anbiya / 21 : 107).
Ayat-ayat lainnya menyebutkan, jika terjadi pertikaian sesama muslimin, di manapun berada, maka konsep “islah”, mendamaikan, merupakan perintah Allah :
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٌ۬ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-Hujurat / 49 : 10).
Ditandaskan lagi dengan firman-Nya,
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعً۬ا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءً۬ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦۤ إِخۡوَٲنً۬ا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٍ۬ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡہَاۗ كَذَٲلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَـٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَہۡتَدُونَ
Artinya : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali Imran / 3 : 103).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Sehingga dengan demikian setiap pribadi muslim dituntut bukan hanya baik dalam ibadah mahdhoh, seperti : senantiasa shalat berjama’ah di masjid, menunaikan zakat, menjalankan ibadah shaum Ramadhan, pergi haji bila mampu, dsb. Tetapi juga mesti diimbangi dengan ibadah-ibadah bernilai sosial keumatan, seperti : gemar berinfak dan bershodaqoh membantu sesama, menolong saudaranya yang dililit kesulitan, saling bersaudara dengan sesama muslim.
Bersatu di Zaman Fitnah
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan, bahwa pada akhir jaman muncul masa yang disebut dengan zaman fitnah ‘dakhon’ (kekeruhan). Ciri-cirinya antara lain munculnya orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjuk Nabi dan adanya penyeru-penyeru yang mengajak ke pintu-pintu neraka jahannam.
Menghadapi situasi koalisi dan konspirasi kaum yang mencoba menjauhkan kaum muslimin dengann nilai-nilai agung syariat Islam, terutama yang berkaitan dengan pentingnya menjalin ukhuwah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberikan solusi dengan kesatuan umat Islam yang terpimin (Jama’ah Muslimin wa Imaamahum). Sehingga dengan kesatupaduan itu, umat islam tidak mudah terprovokasi dan diadudomba.
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
hal ini seperti digambarkan oleh Nabi dalam sebuah hadits dari Huzaifah bin Yaman disebutkan, “Adalah orang-orang (para sahabat) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang kebaikan dan adalah saya bertanya kepada Rasulullah tentang kejahatan, khawatir kejahatan itu menimpa diriku, maka saya bertanya, “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu berada di dalam Jahiliyah dan kejahatan, maka Allah mendatangkan kepada kami dengan kebaikan ini (Islam). Apakah sesudah kebaikan ini timbul kejahatan?” Rasulullah menjawab, “Benar!” Saya bertanya, “Apakah sesudah kejahatan itu datang kebaikan?” Rasulullah menjawab, “Benar, tetapi di dalamnya ada kekeruhan (dakhon).” Saya bertanya, “Apakah kekeruhannya itu?” Rasulullah menjawab, “Yaitu orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku.” Aku bertanya, “Apakah sesudah kebaikan itu akan ada lagi keburukan?” Rasulullah menjawab, “Ya, yaitu adanya penyeru-penyeru yang mengajak ke pintu-pintu Jahannam. Barangsiapa mengikuti ajakan mereka, maka mereka melemparkannya ke dalam Jahannam itu.” Aku bertanya, “Ya Rasulullah, tunjukkanlah sifat-sifat mereka itu kepada kami.” Rasululah menjawab, “Mereka itu dari kulit-kulit kita dan berbicara menurut lidah-lidah (bahasa) kita.” Aku bertanya, “Apakah yang eng kau perintahkan kepadaku jika aku menjumpai keadaan yang demikian?” Rasulullah bersabda :
تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ
“Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka !”
Aku bertanya: “Jika tidak ada bagi mereka Jama’ah dan Imaam?” Rasulullah bersabda, “Hendaklah engkau keluar menjauhi firqoh-firqoh itu semuanya, walaupun engkau sampai menggigit akar kayu hingga kematian menjumpaimu, engkau tetap demikian.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Bahkan Allah menegur dengan tegas,
شَرَعَ لَكُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِۦ نُوحً۬ا وَٱلَّذِىٓ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ وَمَا وَصَّيۡنَا بِهِۦۤ إِبۡرَٲهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰٓۖ أَنۡ أَقِيمُواْ ٱلدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُواْ فِيهِۚ كَبُرَ عَلَى ٱلۡمُشۡرِكِينَ مَا تَدۡعُوهُمۡ إِلَيۡهِۚ ٱللَّهُ يَجۡتَبِىٓ إِلَيۡهِ مَن يَشَآءُ وَيَہۡدِىٓ إِلَيۡهِ مَن يُنِيبُ
Artinya : “Dia (Allah) telah mensyari’atkan bagi kamu tentang Ad-Dien, apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami (Allah) wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu: “Tegakkanlah Ad-Dien dan janganlah kamu ber pecah-belah di tentangnya.” Berat bagi musyrikin menerima apa yang engkau serukan kepada mereka itu. Allah menarik kepada Ad-Dien itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petun juk kepada (Ad-Dien)-Nya orang yang kembali kepada-Nya.” (QS. Asy-Syura / 42 : 13).
Semoga berbagai fitnah yang menimpa kaum muslimin zaman ‘dakhon’ akhir-akhir ini menjadi ibrah (pelajaran) bagi terjalinnya kebutuhan akan persatuan dan kesatuan umat Islam secara terpimpin berdasar Al-Quran dan As-Sunnah. Amin.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
Mi’raj News Agency (MINA)
* Redaktur Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency), Da’i Pesantren Al-Fatah Indonesia, [email protected].