Setiap muslimah tentu berharap hidupnya dipenuhi dengan keberkahan, kebahagiaan, dan nikmat dari Allah Ta’ala. Namun sering kali kita lupa bahwa nikmat yang hadir dalam hidup kita bukanlah sekadar pemberian, melainkan juga ujian.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengingatkan, “Nikmat adalah ujian dari Allah dan cobaan yang dengannya tampak rasa syukur dari orang yang bersyukur dan kekufuran dari orang yang ingkar, sebagaimana musibah juga merupakan ujian dari-Nya.” (Al-Fawāid, hlm. 228).
Allah Ta’ala menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa nikmat dunia hanyalah sarana untuk menguji manusia, apakah ia bersyukur atau kufur. Allah berfirman,
﴿وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلائِفَ الْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجاتٍ لِيَبْلُوَكُمْ فِي ما آتاكُمْ﴾
Baca Juga: Istri Salehah, Pelita di Jalan Dakwah
“Dan Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.” (Qs. Al-An‘ām: 165).
Ayat ini menegaskan bahwa perbedaan rezeki, kedudukan, dan nikmat hidup adalah bentuk ujian.
Musibah biasanya membuat kita sadar untuk mendekat kepada Allah. Namun ujian nikmat sering kali lebih berbahaya karena dapat melalaikan. Banyak muslimah yang saat diuji musibah mampu sabar, tetapi ketika diberi nikmat kecantikan, kesehatan, rezeki, suami yang shalih, atau anak-anak yang manis, justru lupa bersyukur kepada Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
Baca Juga: Ibu Berilmu, Pilar Utama Peradaban
﴿وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذابِي لَشَدِيدٌ﴾
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu kufur (ingkar), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Qs. Ibrahim: 7).
Ayat ini memberi janji sekaligus ancaman. Syukur membawa keberkahan, sementara kufur nikmat mengundang azab.
Rasulullah SAW juga menegaskan dalam sebuah hadis:
Baca Juga: Muslimah dan Amanah Pembebasan Baitul Maqdis, Suara Perjuangan yang Tak Pernah Padam
«إِنَّ اللَّهَ لَيُبْلِي عَبْدَهُ بِالنِّعْمَةِ كَمَا يَبْتَلِيهِ بِالْمُصِيبَةِ»
“Sesungguhnya Allah benar-benar menguji seorang hamba dengan nikmat sebagaimana Dia mengujinya dengan musibah.” (HR. al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman).
Hadis ini menjadi peringatan bahwa nikmat tidak selalu tanda ridha Allah, bisa jadi itu medan ujian yang lebih berat.
Muslimah yang cerdas
Baca Juga: Ketika Hijâb Hanya Jadi Hiasan: Tangisan Iman Muslimah di Akhir Zaman
Seorang muslimah sejati harus peka terhadap setiap nikmat yang ia miliki. Misalnya kecantikan wajah. Itu bisa menjadi ujian besar: apakah ia menutupinya dengan hijab syar’i atau malah menampakkannya demi pujian manusia? Apakah ia menjaganya dari maksiat atau menggunakannya untuk menggoda pandangan?
Demikian juga nikmat berupa kesehatan. Betapa banyak wanita yang sehat namun lalai salat, enggan puasa sunnah, atau malas membaca Al-Qur’an. Padahal kesehatan adalah kesempatan emas untuk beramal sebelum datang sakit. Nabi SAW bersabda,
«اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاءَكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ»
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: masa mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (HR. al-Hakim, sahih).
Baca Juga: Tersentuh Al-Qur’an, Perempuan Islandia Anti-Islam Ini Dapatkan Cahaya Hidayah
Begitu juga nikmat berupa harta. Allah tidak melarang muslimah memiliki harta, tetapi harta bisa menjadi fitnah. Apakah ia membelanjakannya untuk kebaikan, bersedekah, membantu dakwah, atau justru menghamburkannya untuk gaya hidup yang sia-sia?
Nikmat suami yang shalih dan anak-anak yang baik pun bukan semata-mata kebahagiaan, tetapi juga ujian. Allah Ta’ala berfirman,
﴿إِنَّما أَمْوالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ﴾
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah ujian, dan di sisi Allah ada pahala yang besar.” (Qs. At-Taghābun: 15).
Baca Juga: “10 Ribu di Tangan Istri yang Tepat” dan Pandangan Islam tentang Nafkah
Seorang istri dan ibu akan ditanya sejauh mana ia menunaikan amanah dalam rumah tangganya.
Nikmat ilmu juga merupakan ujian. Banyak muslimah diberi kesempatan menuntut ilmu agama, tetapi apakah ilmunya diamalkan? Apakah digunakan untuk mendidik anak-anak menjadi generasi Qur’ani, ataukah hanya berhenti pada hafalan tanpa pengamalan?
Syukur adalah kunci menghadapi ujian nikmat. Syukur bukan hanya di lisan dengan ucapan “Alhamdulillah”, tetapi juga dengan hati yang meyakini semua berasal dari Allah, dan anggota tubuh yang menggunakan nikmat untuk ketaatan.
Imam Al-Ghazali rahimahullah menjelaskan bahwa syukur memiliki tiga tingkatan: (1) Syukur dengan hati, yakni menyadari nikmat itu berasal dari Allah; (2) Syukur dengan lisan, yakni memuji Allah; dan (3) Syukur dengan amal, yakni menggunakan nikmat untuk ketaatan. Inilah bentuk syukur yang sempurna.
Baca Juga: Lebih dari Sekadar FOMO, Mengapa Muslimah Wajib Menetapkan Batasan Diri
Bahaya kufur nikmat sangat besar. Banyak kaum terdahulu dibinasakan bukan karena kekurangan, tetapi karena melimpahnya nikmat yang membuat mereka sombong. Kaum Saba’ diberi negeri yang subur, tetapi ketika kufur nikmat, Allah menghancurkan mereka dengan banjir besar (Qs. Saba’: 15-16).
Oleh karena itu, muslimah yang cerdas akan selalu berhati-hati. Ia sadar bahwa setiap nikmat yang ia miliki – mulai dari tubuh, kecantikan, suami, anak, hingga harta – semuanya akan ditanya oleh Allah. Rasulullah SAW bersabda,
«لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ…»
“Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang empat perkara…” (HR. at-Tirmidzi). Di antaranya adalah tentang umur, ilmu, harta, dan tubuhnya.
Akhirnya, marilah kita jadikan setiap nikmat sebagai sarana untuk semakin dekat kepada Allah. Jadilah muslimah yang selalu bersyukur, baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Ingatlah, nikmat bisa jadi pintu surga jika disyukuri, atau pintu neraka jika dikufuri. Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur dan mampu lulus dalam ujian nikmat maupun musibah.[]
Baca Juga: 5 Peran Muslimah Modern dalam Menyemai Kehidupan yang Berkah
Mi’raj News Agency (MINA)
















Mina Indonesia
Mina Arabic