Kiev, MINA – Hubungan antara Ukraina dan Rusia memanas selepas insiden yang terjadi di Selat Kirch, Laut Hitam, Semenanjung Krimea, Ahad (25/11) lalu, di mana Rusia menahan sembilan pelaut Ukraina, menurut laporan Anadolu Agency (AA).
Selepas insiden itu, Rusia dikabarkan langsung memperkuat pasukan di wilayah perbatasan. Presiden Ukraina Petro Poroshenko menyatakan, kemungkinan mereka akan terlibat perang terbuka.
“Negara ini dalam ancaman akan terlibat perang terbuka dengan Rusia,” kata Poroshenko dalam keterangannya seperti dikutip CNN, Rabu (28/11).
Poroshenko sudah meminta bantuan kepada sekutunya, Amerika Serikat (AS). Ia bahkan mengontak Menteri Luar Negeri (Menlu) AS, Mike Pompeo, yang berharap memperoleh bantuan dari sisi militer.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
“Kami juga akan membatasi gerak-gerik orang Rusia di perbatasan untuk keluar masuk Ukraina,” ujarnya.
Poroshenko menyatakan, jumlah pasukan Rusia di perbatasan meningkat tiga kali lipat, termasuk pengerahan kendaraan lapis baja. Namun, ia tidak menyebut secara detail jumlahnya.
Poroshenko mengatakan, kehadiran militer Rusia di wilayah perbatasan kali ini adalah yang terbesar sejak negara itu mencaplok Semenanjung Krimea pada 2014 lalu.
Insiden Semenanjung Krimea
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Menurut Badan Intelijen Rusia (FSB), insiden (penangkapan) itu terjadi ketika dua kapal AL Ukraina berukuran kecil dilengkapi meriam mengawal sebuah kapal tunda melintas di Laut Hitam dekat Semenanjung Krimea. Mereka hendak menuju pelabuhan di Mariupol.
Rusia beralasan, kapal AL Ukraina tetap melintas dan mengabaikan peringatan. Mereka lantas terlibat duel, masing-masing melancarkan manuver. Alhasil, penjaga pantai Rusia melepaskan tembakan ke arah kapal AL Ukraina dan melukai tiga pelaut.
Sementara versi Ukraina, Rusia justru menyerang dan menyita kapal setelah mereka menjauh dan hendak kembali pelabuhan di Odessa. Mereka mengaku Rusia bertindak agresif dengan menabrak dan menembaki kapal itu.
Usai insiden, Rusia memperkuat pasukan militernya di perbatasan. Sementara Ukraina membalasnya dengan memberlakukan status darurat militer selama 30 hari di kawasan yang berbatasan dengan Rusia. (T/R06/RS3)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
Mi’raj News Agency (MINA)