Donetsk, Ukraina, 3 Ramadhan 1435/1 Juli 2014 (MINA) – Tank Ukraina dan pembom tempur melancarkan serangan ganas terhadap separatis pro-Rusia setelah menolak upaya Eropa untuk memelihara gencatan senjata selama 10 hari.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Ukraina, Oleksiy Dmytrashkivsky, mengatakan Selasa (1/7), “artileri dan serangan udara besar-besaran” telah dilepaskan di timur Rust Belt, Donetsk, rumah bagi tujuh juta orang yang sebagian besar pro-Rusia.
Pemerintahan daerah Donetsk dan Lugansk telah menyatakan kesetiaannya kepada Moskow, mengatakan empat warga sipil tewas dan lima lainnya cedera ketika bus mereka diserang dekat kota Kramatorsk, Al Jazeera yang dikutip MINA.
Baik pemberontak dan pemerintah Kiev mengkonfirmasi, pertempuran tank berat sedang dilancarkan di kota Karlivka dekat Donetsk dan terjadi bentrokan intens di desa terdekat Mariinka.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Paul Brennan Aljazeera melaporkan dari kota timur Kramatorsk yang dikuasai pemberontak. Ia mengatakan lingkungan perumahan dilanda penembakan Selasa pagi.
Setidaknya tiga bangunan perumahan dan sekolah tempat berlindungnya warga juga terkena serangan.
Brennan mengatakan, beberapa bangunan tempat tinggal juga digunakan sebagai “barak dadakan” oleh separatis pro-Rusia. Penduduk di daerah Kramatorsk melarikan diri dari kota dengan menuju Rusia.
Sebelumnya, Presiden Ukraina Petro Poroshenko mengatakan kepada rakyatnya dalam pidato larut malam yang emosional bahwa rencana perdamaian telah digunakan oleh milisi untuk berkumpul kembali dan menyediakan senjata berat dari Rusia.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
“Setelah memeriksa situasi saya telah memutuskan, sebagai komandan tertinggi dari angkatan bersenjata, tidak memperpanjang gencatan senjata secara sepihak,” kata Poroshenko dari kantornya.
Keputusan Poroshenko dibuat hanya beberapa jam setelah pemimpin Perancis dan Jerman bergabung dengannya dalam hubungan telekonferensi empat arah dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, percakapan ketiga dalam lima hari.
Presiden Perancis Francois Hollande dan Kanselir Jerman Angela Merkel sepakat dengan Putin bahwa Poroshenko harus memperpanjang gencatan senjata untuk memberikan kesempatan perundingan tidak langsung antara komandan separatis dan pemerintah Kiev.
Namun diplomasi telah gagal menghentikan 11 minggu pertempuran yang telah menewaskan lebih dari 450 orang dan menutup puluhan tambang batu bara dan pabrik baja yang operasinya sangat penting bagi perekonomian Ukraina.
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
Rusia segera mengungkapkan “penyesalan yang mendalam” atas keputusan Poroshenko, sementara Menteri Luar Negeri Perancis berjanji untuk tidak berhenti mengupayakan perdamaian abadi di Ukraina. (T/P09/R2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Hotel Italia Larang Warga Israel Menginap Imbas Genosida di Gaza