Banda Aceh, 28 Dzulhijjah 1436/12 Oktober 20154 (MINA) – Berbagai perbuatan maksiat dan dosa merupakan sumber kekacauan yang membuat kehidupan umat Islam menjadi morat-marit, sehingga pertolongan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala pun sulit datang atas berbagai persoalan yang muncul.
Ketua Himpunan Imam Masjid dan Meunasah (HIMNAS) Aceh, Prof. Dr. Tgk. H. Zainal Abidin Alawy, MA., mengatakan, umat Islam pernah memimpin dan mengendalikan dunia selama berabad-abad. Kemudian, kepemimpinannya dicabut dan keadaannya berubah mencolok. Musuh-musuhnya mengepungnya, berbagai musibah menimpanya, beragam cobaan dan bencana menderanya secara bertubi-tubi.
“Apa yang menimpa kita, umat Islam di Aceh, Indonesia dan Timur Tengah sehingga terpuruk, kekacauan dan kehidupan morat-marit. Jawabannya, penyebab semua itu adalah perbuatan dosa dan maksiat, yang menyeret umat ini ke jurang kehinaan yang dalam,” ujar Prof Zainal saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak Jeulingke, Banda Aceh, beberapa waktu lalu.
Imam Chik Masjid Al-Wustha Perumnas Jeulingke itu mengungkapkan, di Aceh sendiri walaupun sudah diberlakukannya syariat Islam, tapi berbagai perbuatan dosa dan maksiat masih sangat mudah terjadi.
Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa
“Ingkar pada perintah Allah seperti meninggalkan perintah shalat lima waktu juga dosa. Berbagai perbuatan maksiat juga banyak di sekitar kita. Kasus-kasus mesum, pemerkosaan, pelecehan seksual termasuk kepada anak-anak, membunuh manusia dengan mudah yang dulu mungkin jarang ditemukan, kini sangat mudah terjadi. Ini sumber kemurkaan Allah,” sebut Guru Besar Fakultas Tarbiyah UIN Ar-Raniry ini.
Ahli Hadits yang juga penceramah rutin halaqah magrib di Masjid Raya Baiturrahman tersebut menambahkan, hilangnya persatuan sesama Islam juga telah menambah keterpurukan umat akhir zaman ini.
“Yang sangat kita sayangkan, persatuan di antara kita sesama umat Islam sudah tercabik-cabik saat ini. Kita sudah hilang persatuan sesama Islam, dimana-mana terjadi perpecahan,” ungkapnya.
Yang paling memprihatinkan adalah umat Islan terpedaya dengan kehidupan duniawi dibanding ukhrawi. “Padahal kehidupan ukhrawi itu lebih utama. Perlu ada keseimbangan hidup dunia dan akhirat. Jangat terlalu cinta dunia, dan lupa akhirat,” katanya.
Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka
Karena lebih mengedepankan kehidupan duniawi, maka terjadilah perebutan kekuasaan dimana-mana di tengah-tengah umat Islam, dengan cara apapun.
“Hal ini kemudian ditambah oleh faktor ekternal, dimana politik pecah belah kepada umat Islam terus dilakukan oleh musuh-musuh kita. Persekongkolan zionisme dunia, Yahudi dan Nasrani terus mengicar umat Islam. Kebencian Yahudi dan Nasrani terhadap umat Islam tidak akan pernah berhenti. Mereka tidak bakal senang sebelum mereka taklukkan kita agar ikut mereka,” terang Zainal Abidin yang meraih gelar profesor pada usia 60 tahun ini.
Pada pengajian KWPSI dengan tema “Hadits Sebagai Pedoman dalam Beribadah”, Prof Zainal Abidin juga mengajak umat Islam khususnya di Aceh untuk kembali kepada ajaran Al-Qur’an dan Hadits sebagai Sunnah yang ditinggalkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam untuk umatnya.
“Kita umat Islam perlu pelajari Al-Qur’an dan Hadits. Ada kewajiban pelajari Hadits bagi umat ini. Karena kalau tidak, maka tidak ada ilmu kita untuk mengamalkan suatu ibadah yang diperintahkan oleh Rasulullah,” jelasnya.
Menurut Prof. Zainal, hampir tidak ada lini kehidupan manusia yang tidak diterangkan dalam hadits. Jika dalam Al-Qur’an dijelaskan perintah secara umum, lalu semua perintah itu ditegaskan dalam hadits.
“Contohnya, dalam Al-Qur’an hanya diperintahkan untuk shalat, tapi tidak ada penjelasan bagaimana kita shalat. Lalu datang hadits nabi menjelaskannya secara lengkap bagaimana shalat itu dikerjakan. Begitu juga dengan zakat, puasa, haji dan lainnya yang diperintahkan dalam Al-Qur’an, ada hadits yang kemudian menjelaskan bagaimana itu dilaksanakan, apa saja jenis-jenisnya baik yang wajib maupun sunat,” terang Prof Zainal.(T/R05/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)