Banda Aceh, MINA – Tgk Syukuri Daud Pango mengatakan, Tauhid atau keimanan adalah hak Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang paling besar dan kewajiban yang paling utama untuk ditunaikan oleh seorang hamba, yang dengan tauhid itu sendiri menjadikan Allah segalanya dalam kehidupan dan tidak boleh diduakan, apalagi menggantungkan diri dan berharap pada selain Allah.
Ketika keberadaan dan keyakinan pada Allah dalam diri hamba tidak lagi dirasakan kehadirannya bahkan menghilang secara perlahan, maka pada saat itulah keimanan seseorang sudah mulai meredup nilai-nilainya hingga puncaknya telah sirna.
Untuk menghindari diri dari kekhawatiran keimanan pada Allah menjadi berkurang akibat berbagai dosa-dosa yang dilakukan baik kecil maupun besar dalam kehidupan sehari-hari, maka seorang muslim haruslah selalu berusaha keras untuk memperbaharui dan merestorasi iman kita setiap saat agar kembali meningkat.
Hal itu disampaikan oleh Tgk Syukri Daud Pango (Pimpinan Dayah Raudhatul Hikmah Al-Waliyah, Pango, Kecamatan Ulee Kareng) saat mengisi pengajian rutin syariat-islam/">Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak Jeulingke, dalam pengajian perdana setelah sebulan lebih libur saat bulan puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri1438 H itu mengangkat tema’Kelebihan kalimat La Ilaha Illallah’. Ddemikian keterangan pers KWPSI yang diterima MINA, Jumat (14/7).
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Jabodetabek Hari Ini: Hujan Ringan hingga Sedang
“Al-Imanu yazidu wa yanqush. Artinya, iman kita seorang muslim kepada Allah itu sering naik turun. Jika kita larut dengan dosa baik yang sengaja maupun tidak, maka akan turun sampai titik terendah. Untuk itu, jika sudah turun perlu kita perbaharui setiap saat sehingga bisa naik kembali untuk mendapat kemuliaan di sisi Allah,” ujar Tgk Syukri Daud.
Anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh ini menyebutkan, karena sifatnya fluktuatif, iman perlu diperbarui sesering mungkin. Agar ia kembali stabil. Agar ia kembali kokoh. Kuat dan kokohnya iman akan membuat seorang muslim diliputi kedamaian dan kebahagiaan.
Kuat dan kokohnya iman akan membuatnya memiliki daya imunitas terhadap godaan duniawi yang kian hari semakin berat. Godaan duniawi cukup efektif membuat banyak orang kehilangan idealismenya, menggadaikan keyakinan demi mendapatkan harta dan kekayaan serta kemewahan hidup. Larut dalam budaya permisif yang menjerumuskan. Hingga tak lagi peduli antara halal dan haram.
Lalu bagaimana cara memperbarui iman? Tgk Syukri Daud menjelaskan, salah satu caranya ditunjukkan Rasulullah SAW. Cara ini tergolong sederhana karena hanya berisi kalimat singkat yang mudah dihafal. Bahkan tak perlu lagi dihafal karena setiap muslim telah biasa melafalkannya.
Baca Juga: Sheikh Mahmoud Anbar: Empat Alasan Operasi Badai Al-Aqsa oleh Pejuang Palestina
Kalimat yang dimaksud adalah kalimat tahlil. La Ilaha Illallah. Rasulullah dalam satu haditsnya bersabda: “Perbarui iman kalian” Lalu sahabat bertanya:, “Ya Rasulullah, bagaimana caranya memperbarui iman kami?” Beliau pun menjawab, “Perbanyaklah ucapan Laa ilaha illallahh”.
Ternyata terapinya sangat mudah, memperbanyak mengucap kalimat tahlil. La ilaha illallah. Meskipun mudah, nyatanya tidak banyak yang bisa mengamalkannya. Mungkin karena tidak mengetahui keutamaannya. Atau dunia terlalu menyibukkan kita. Hingga kita tak sempat berzikir dan memperbanyak mengucap kalimat tahlil.
Mungkin ada yang bertanya, mengapa ada orang yang telah banyak mengucap kalimat tahlil tetapi tidak terlihat bekas keimanan yang membara dalam kehidupannya? Bisa jadi orang yang demikian hanya mengucapkan tahlil tanpa menyelami maknanya. Hanya membaca di bibir saja. Sehingga ia menyatakan La ilaha illallah tetapi tidak beribadah kepada Allah. Ia mengatakan La ilaha illallah tetapi tidak berdoa hanya kepada Allah. Ia menyebut La ilaha illallah tetapi tidak bergantung hanya kepada Allah.
Tgk Syukri Daud juga menyampaikan, ada 10 dosa yang harus kita sesali dalam kajian tauhid, untuk bisa memperharui iman.
Pertama, Menyesal dari perkataan dan ucapan yang bertentangan dengan hukum syara’. Kedua,menyesal dari dosa keinginan untuk bersenang-senang dalam kehidupan dunia, masalah agama tak dipedulikan, ibadah hanya sambilan saja, sementara yang utama mengejar dunia dan harta yang banyak.
Ketiga, menyesal melihat ada perbuatan pada selain Allah, dan tidak yakin Allah yang beri rezeki meski di mulut ucapannya Allah. Keempat, menyesal melihat ada daya upaya pada selain Allah. Yang menyebabkan timbul kesombongan dengan sedikit kelebihan yang didapatkan.
Baca Juga: Paripurna DPR Sahkan RUU Nomor 2 Tahun 2024 tentang Provinsi DKJ
Kelima, menyesal untuk tidak ada tekad yang kuat untuk taat pada Allah, melakukan segala perintah dan tinggalkan larangan-Nya. Keenam, menyesal tidak hadir Allah dalamm ingatan, yang selalu diingat pada yang lain seperti anak, istri, harta, jabatan dan karier.
Ketujuh, menyesal karena tidak mencintai Allah. Kedelapan, menyesal karena melihat tidak ada kasyaf dalam pandangannya. Sembilan, menyesal karena masih tertinggal pada kita keakuan (kesombongan), tidak nampak Allah dari semua yang dia dapatkan, dan yang nampaknya kehebatan dirinya saja.
Dan terakhir, menyesal karena muncul selain Allah ketika melihat sesuatu kehebatan pada seseorang, “Jika seseorang hebat kita tidak ingat ada Allah disitu yang memberikan kelebihan,” sebutnya. (L/R01/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Menag RI Buka BAZNAS International Forum untuk Palestina