Jakarta, 26 Syawwal 1435/22 Agustus 2014 (MINA) – Ketua Shuffah Al-Qur’an Ibnu Mas’ud Online, Yakhsyallah Mansur, mengatakan aksi boikot ekonomi sudah terjadi sejak masa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam terhadap suku Quraisy di Mekkah.
Ulama terkemuka di Indonesia itu menjelaskan, sahabat yang bernama Tsumamah bin Utsal Al-Hanafi pernah melarang pengiriman gandum ke Mekkah dari Yamamah (daerah di Najd Arab). Dia melakukan aksi embargo tersebut dalam rangka menekan warga Quraisy atas kedzaliman terhadap Muslim.
Dalam kunjungannya ke Mekkah, Yakhsyallah melanjutkan, Tsumamah menegaskan kepada warga Quraisy di Mekkah bahwa mereka tidak akan mendapat kiriman gandum dari Yaman. Pada saat itu, warga Mekkah mendapat pasokan gandum paling besar dari Yaman.
“Demi Allah tidaklah kalian dapatkan sebutir gandum dari Yamamah kecuali dengan idzin Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,” ujar Yakhsyallah menuturkan perkataan Tsumamah saat menyampaikan tausiyahnya di depan ratusan warga dan santri Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jumat malam.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Ulama yang pernah diberi gelar Duta Al-Quds Internasional lulusan Daurah Al-Quds di Yaman itu menuturkan, pemboikotan gandum tersebut ternyata berakibat fatal bagi bangsa Quraisy. Mereka mulai kekurangan bahan pangan dan terancam kelaparan.
Tsumamah pun kembali ke negerinya, dan melarang pengiriman gandum ke Mekkah, sehingga orang-orang Quraisy kekurangan makanan dan kelaparan. Mereka pun menulis surat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, memohon dengan hubungan kasih sayang agar beliau menulis surat kepada Tsumamah guna mengirimkan kembali gandum kepada mereka.
“Maka Rasulullah pun memperkenankannya. Dan Tsumamah pun mengakhiri embargonya,” ujar Yakshyallah.
Yakhsyallah lebih lanjut menjelaskan hubungan kisah tersebut dengan aksi boikot yang sedang marak terjadi di berbagai lapisan masyarakat dunia terhadap Israel, menyusul aksi penyerangan tanpa henti mereka terhadap rakyat Gaza yang hidupnya dikepung sejak 2007.
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
“Saya yakin, jika seluruh muslim bersatu orang-orang kafir itu akan kelaparan, dan ini bantuan kecil yang bisa kita lakukan untuk warga Palestina yang tertekan,” katanya kepada khalayak.
Dalam pertemuan yang disponsori Aqsa Working Group (AWG) itu, Yakhsyallah juga menjelaskan dan menunjukkan produk-produk Israel dan para pendukungnya, yang mana dananya di gunakan untuk biaya peperangan Israel melawan warga Gaza.
Selain itu, perintah untuk melakukan aksi boikot itu juga tertulis dalam hasil Konferensi Pembebasan Al-Quds yang diselenggarakan di Bandung pada 2012 lalu. Pada pertemuan yang dihadiri ratusan aktivis internasional dari berbagai negara itu, pernyataan bersama menyebutkan tentang prakarsa boikot terhadap produk- produk yang mendukung rezim Zionis Israel.
Gerakan Boikot Internasional
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain
Setelah menjelaskan berbagai macam produk pendukung Israel, Yakhsyallah juga menuturkan kemajuan-kemajuan yang dicapai gerakan Boycott, Divestment and Sanction (BDS) yang dimulai sejak 9 Juli 2005.
Aksi yang sudah dikerjakan di 23 negara itu melakukan berbagai jenis pemboikotan mulai dari produk-produk Israel dan pendukungnya, serta embargo maupun sanksi kepada entitas Zionis itu.
Berbagai aksi boikot mulai dari konsumsi, ekonomi, kebudayaan, akademik dilakukan baik perorangan, kelompok mau pun pemerintah. Tidak hanya negara-negara muslim, namun negara-negara Eropa pun sudah mulai melakukan hal ini, termasuk Norwegia.
“Asosiasi Sepakbola Mesir menyatakan bahwa timnya tidak akan berkostum Adidas, karena dukungan produk itu pada marathon Israel,” kata Yaksyallah mencontohkan.
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain
Dari pelepasan modal (Divestment), Yakshyallah mencontohkan, perusahaan multinasional Perancis Veolia menjadi target BDS sejak 2008 karena menangani pembangunan infrastruktur permukiman ilegal di tanah Palestina terjajah, termasuk Jerusalem Light Rail. Pemerintah di Eropa dan Australia memutuskan kontrak dengan Veolia senilai $ 14 miliar atau sekitar 163,16 triliun rupiah karena kampanye BDS itu.
Sedang dari Sanksi (Sanction), Turki dan Norwegia menyatakan keputusannya untuk menghentikan hubungan militer dengan Israel menyusul aksi seruan sanksi terhadap Israel atas kejahatan yang terus dilakukan terhadap Gaza dan Tepi Barat.
“Kita berupaya menolong muslimin lain dengan jihad bil amwal (harta), yakni menahan diri (boikot) untuk tidak membeli produk pendukung Zionis Israel,” tegasnya.(L/R04/R05)
Baca Juga: Israel Bom Sekolah di Gaza, Delapan Warga Syahid
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)