Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ULAMA: FITRAH MUSLIMIN BUKAN DALAM PARTAI

Rudi Hendrik - Ahad, 11 Mei 2014 - 12:41 WIB

Ahad, 11 Mei 2014 - 12:41 WIB

526 Views

Jakarta, 12 Rajab 1435/11 Mei 2014 (MINA) – Seorang ulama yang selalu menyampaikan ilmu agama merujuk kepada Al-Quran menyatakan, fitrah umat Islam bukanlah pada sistem kepartaian atau organisasi kemasyarakatan (ormas).

“Fitrah Muslim bukan dalam partai atau ormas, tetapi dalam al-jamaah (persatuan dengan satu pimpinan umat),” kata Midhfallah, Amir Tarbiyah Jamaah Muslimin (Hizbullah) wilayah Jakarta, Ahad 11 Mei.

Pernyataan itu disampaikan di depan ratusan jamaah, menyikapi partai bermassa Islam yang mendulang suara signifikan dalam Pemilu Legislatif yang baru lalu.

Ulama yang akrab disapa “Ustadz Midhfa” tersebut menyayangkan, kondisi partai massa Islam yang justru pemimpinnya berkoalisi dengan partai nasionalis yang didominasi  oleh massa non-Muslim.

Baca Juga: Guru Supriyani Divonis Bebas atas Kasus Aniaya Siswa

“Muslimin menyalurkan suaranya ke partai Islam, tapi ketika partai mendapat suara, pimpinan partai justeru berkoalisi dengan partai non-Islam,” kata Ustadz bertitel Sarjana Agama itu.

Menurutnya, fenomena itu bisa terjadi karena demokrasi bukan sistem yang berdasarkan Al-Quran, padahal seorang Muslim fitrahnya adalah beramal berdasarkan Al-Quran.

Ustadz Midhfa menegaskan bahwa dalam mengamalkan Al-Quran, juga di dalamnya tercakup masalah kepemimpinan, tidak boleh sendiri-sendiri atau berpecah-belah, tapi harus bersatu (berjamaah) dengan sentral kepemimpinan di seluruh dunia.

Pada kesempatan yang sama, Ustadz Yusuf Ibrahim mengutip tiga pertanyaan Wali al-Fatah sebelum Jamaah Muslimin (Hizbullah) ditetapi kembali sebagai wadah pemersatu umat Islam pada tahun 1953 di Jakarta.

Baca Juga: Menteri Abdul Mu’ti: Guru Agen Peradaban

Pertanyaan itu berbunyi “Mengapa Muslimin selalu kalah?”, “Apakah sistem saat ini (demokrasi) sudah benar?”, dan “Tidak mungkin tidak ada sistem yang Allah turunkan untuk mengatur kepemimpinan umat Islam”.

Kondisi itulah yang membuat sekelompok ulama pada tahun 1953 akhirnya meyakini bahwa sistem jamaah imamah (bersatu dalam satu kepemimpinan umat) adalah sistem yang mengatur syariat kepemimpinan umat dalam Islam, bukan sistem demokrasi yang sebagian besar dianut oleh Muslimin dunia. (L/P09/EO2).

Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

 

Baca Juga: Jelang Pencoblosan, Calon Wabup Ciamis Meninggal Dunia

 

 

Baca Juga: Cuaca Jakarta Diprediksi Turun Hujan Senin Sore Ini

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
MINA Health
Khadijah
Indonesia
Dunia Islam