Marawi, 4 Ramadhan 1438/30 Mei 2017 (MINA) – Ulama Muslim pada hari Senin (29/5) meminta Presiden Filipina, Rodrigo Duterte agar menghentikan serangan udara di Marawi City untuk menyelamatkan nyawa warga sipil dan kerusakan infrastruktur.
Persatuan Ulama Nasional Filipina, dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan ke media mengatakan, pasukan pemerintah yang melakukan operasi tempur melanjutkan serangan darat daripada beralih ke serangan bom dari pesawat tempur.
“Kami meminta (Duterte) segera menghentikan serangan udara, tapi hanya menggunakan serangan darat oleh militer dan polisi sehingga warga sipil akan terlindungi dan dibawa ke pusat evakuasi,” kata Ulama seperti dilaporkan Kantor Berita Filipina PNA yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Persatuan Ulama ini juga telah memohon kepada badan pemerintah nasional, seperti departemen kesejahteraan sosial dan kesehatan, untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan warga Marawi, yang kebanyakan Maranaos telah mengungsi (menyelamtakan diri) karena bentrokan antara tentara pemerintah dan kelompok militan bersenjata Maute sejak 23 Mei lalu.
Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas
“Inilah saatnya, Tuan Presiden, untuk menunjukkan kepada kita apa yang telah Anda katakan bahwa Anda memiliki darah Maranao, dan itu, bahwa Anda tulus untuk memperbaiki ketidakadilan sejarah yang dilakukan terhadap orang Moros,” tambahnya.
Sebelumnya, Kardinal Quevedo Orlando, uskup agung Katolik Roma Cotabato, telah mengeluarkan pernyataan mengecam tindakan terorisme yang telah menyebabkan hilangnya banyak nyawa orang yang tidak bersalah.
“Dalam istilah terkuat, kami mengutuk terorisme dalam berbagai bentuknya. Ini adalah ideologi yang sama sekali bertentangan dengan ajaran agama apapun, ” kata Quevedo.
Dia mengatakan, terorisme mendistorsi dan menyimpangkan makna sebenarnya dari agama manapun. Ini menghancurkan hubungan yang harmonis antara orang-orang yang berbeda agama. Ini menciptakan kecurigaan dunia dan prasangka, kebencian serta permusuhan. ”
Baca Juga: Kedubes Turkiye di Damaskus Kembali Beroperasi setelah Jeda 12 Tahun
Karena darurat militer berlaku di seluruh Mindanao, Quevedo telah mendesak agar tenang, untuk patuh terhadap perintah otoritas yang sah, dan bukan untuk memprovokasi reaksi kekerasan.
Dalam sebuah pernyataan terpisah, Front Pembebasan Islam Moro (MILF) telah meminta pemerintah untuk memastikan bahwa mekanisme gencatan senjata terus berjalan di lapangan, dan bahwa setiap operasi militer terhadap kelompok yang melakukan kekerasan di Marawi tidak memicu lebih banyak pertempuran di negara tersebut dan wilayah lain.
“Memobilisasi militer di Mindanao harus tetap menghormati mekanisme yang terbukti efektif dalam meningkatkan jangkauan bersenjata antara pasukan pemerintah dan Angkatan Bersenjata Islam Bangsamoro,” katanya.
“Sebaliknya, kejadian baru-baru ini menunjukkan bahwa setiap pengabaian terhadap mekanisme ini telah menjadi bencana bagi masyarakat kita dan upaya untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung puluhan tahun di tanah air kita,” kata pernyataan tersebut. (T/B05/RS2)
Baca Juga: UNICEF Serukan Aksi Global Hentikan Pertumpahan Darah Anak-Anak Gaza
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)