Banda Aceh, 1 Safar 1437/13 November 2015 (MINA) – Ulama muda dari Aceh, Tamlicha Hasan, mengatakan, seorang muslim harus mempunyai sikap istiqomah dalam menjalankan ibadah dan tugas kekhalifahan di muka bumi. Istiqomah itu diukur dari niatnya yang senantiasa hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, amalnya senantiasa sesuai Al-Qur’an dan Sunnah.
Namun, perjuangan menjalankan perintah Allah dan segala larangan-Nya secara konsis (11/11)ten dan terus menerus, bukanlah hal yang mudah, katanya pada pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu malam.
Tamlicha Hasan mengatakan, di tengah jalan Allah yang lurus kita akan digoda oleh banyak jalan lain yang kelihatan lebih bagus. “Jalan lurus menuju Allah adalah jalan yang penuh godaan dan rintangan. Iman yang tidak kuat akan tergoda untuk berbelok menuju jalan yang lain tersebut,” katanya.
“Istiqamah dalam ibadah tentu tidak akan mudah dilakukan. Siapapun yang ingin konsisten mencapai sebuah tujuan besar, pasti harus melewati berbagai penderitaan, kesulitan dan keadaan yang tidak disukai,” ujar Ustaz Tamlicha Hasan.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berawan Sabtu Ini, Sebagian Hujan Ringan
Menurutnya, keistiqamahan, kontinuitas dan kesinambungan suatu amal sulit diterapkan kecuali dengan memilih jalan pertengahan, tidak berlebihan, dan tidak melewati batas kemampuan untuk melakukannya. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam mengaitkan istiqamah dengan sikap tidak berlebih-lebihan.
Keistiqamahan takkan bisa berlaku bagi seseorang yang melakukan amal secara berlebihan. Di sisi lain, amal yang melewati kapasitas seseorang pun pasti akan mematahkan amal.
“Yang dituntut dari kita adalah, jika tidak mampu melakukan istiqamah hendaknya mendekatinya,” katanya.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Ahabbul a’maali ilallahi adwamuha wa in qalla.” Artinya, perbuatan yang paling dicintai Allah adalah yang terus-menerus walaupun hanya sedikit.
Baca Juga: Jelang Libur Nataru, Terminal Bekasi Berlakukan Ram Check Bus
“Sedikit amal jika dilakukan secara rutin dan terus menerus lebih baik kata Rasulullah. Jangan mengejar suatu ibadah sampai letih pada suatu waktu, lalu kita tidak sanggup lagi melakukannya di waktu lain karena bosan atau godaan hawa nafsu. Ketahuilah, Allah tidak pernah bosan pada ibadah hamba-Nya, hanya manusia saja yang sering bosan kepada Allah,” ungkap Tamlicha yang juga penceramah halaqah subuh di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh ini.
Bahkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyindir hamba-Nya yang tidak konsisten dalam ibadah. Dalam Surat An-Nahlu ayat 92, Allah berfirman, “Janganlah kamu berlaku seperti seorang wanita yang memintal kain, lalu merusaknya lagi setelah bersusah payah memintal dengan bagus”.
Perlu diketahui bahwa ibadah tidak semestinya dilakukan hanya sesaat di suatu waktu. Seperti ini bukanlah perilaku yang baik. Para ulama pun sampai mengeluarkan kata-kata pedas terhadap orang yang rajin shalat –misalnya- hanya pada bulan Ramadhan saja. Sedangkan pada bulan-bulan lainnya amalan tersebut ditinggalkan.
Para ulama kadang mengatakan, “Sejelek-jelek orang adalah yang hanya rajin ibadah di bulan Ramadhan saja. Sesungguhnya orang yang sholih adalah orang yang rajin ibadah dan rajin shalat malam sepanjang tahun”.
Baca Juga: Menag RI dan Dubes Sudan Bahas Kerja Sama Pendidikan
Ibadah bukan hanya dilakukan pada bulan Ramadhan, Rajab atau Sya’ban saja. Sebaik-baik ibadah adalah yang dilakukan sepanjang tahun.
Tanda diterimanya suatu amalan adalah apabila amalan tersebut membuahkan amalan ketaatan berikutnya. Di antara bentuknya adalah apabila amalan tersebut dilakukan secara kontinyu (rutin). Sebaliknya tanda tertolaknya suatu amalan (tidak diterima), apabila amalan tersebut malah membuahkan kejelekan setelah itu.
Di antara keunggulan suatu amalan dari amalan lainnya adalah amalan yang rutin (kontinyu) dilakukan. Amalan yang kontinyu –walaupun sedikit- itu akan mengungguli amalan yang tidak rutin meskipun jumlahnya banyak. Amalan inilah yang lebih dicintai oleh Allah.
“Merupakan kebahagian tersendiri bagi orang tua apabila mempunyai putra-putri yang punya karakter segera menunaikan shalat wajib begitu tiba waktunya, gelisah apabila menunda shalat wajib, gemar mengikuti shalat berjamaah, merasakan ibadah sebagai kebutuhan bukan beban, selalu melakukan thaharah dengan benar,menyesal bila melewatkan satu hari tanpa membaca Alquran, menunaikan minimal satu macam shalat sunah setiap hari, selalu berdoa dan berzikir sesuai dengan situasi yang melingkupi dan menunaikan puasa Ramadan setiap tahun. Semua ini adalah bentuk istiqomah dalam beribadah,” ungkap Tamlicha.
Baca Juga: Mendikti Sampaikan Tiga Arah Kebijakan Pendidikan Tinggi Indonesia
Karena kadangkala sebagai seorang insan, kita terkadang dihinggapi rasa giat dan kadang rasa malas. Oleh karenanya diperlukan kesabaran dalam menghilangkan rasa malas ini, guna menjalankan ibadah atau amalan yang akan diistiqamahi.
“Bertahap dalam beramal. Dalam artian, ketika menjalankan suatu ibadah, kita hendaknya memulai dari sesuatu yang kecil namun rutin. Bahkan sifat kerutinan ini jika dipandang perlu, harus bersifat sedikit dipaksakan. Sehingga akan terwujud sebuah amalan yang rutin meskipun sedikit. Kerutinan inilah yang insya Allah menjadi cikal bakalnya keistiqamahan,” sebutnya.(L/R05/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Kedutaan Besar Sudan Sediakan Pengajar Bahasa Arab untuk Pondok Pesantren