Jakarta, 1 Jumadil Akhir 1437/10 Maret 2016 (MINA) – Ketua Persatuan Ulama Syam, Prof. Dr. Taufiq Ramadhan Al-Buthi mengatakan, konflik yang terjadi di beberapa negara Timur-Tengah, khususnya di Suriah adalah hasil dari rekayasa pihak asing.
“Apa yang terjadi di Timur-Tengah adalah sebuah sinetron, sebuah sandiwara yang telah diatur. Apakah dengan tumbangnya rezim-rezim seperti Saddam Husain, Moammar Khaddafi, Husni Mubarak, konflik di Timur-Tengah akan selesai? Tidak, justru muncul perang baru di Yaman, di Suriah, di Sudan yang uniknya terjadi setelah pemimpin-pemimpin itu lengser,” katanya saat seminar internasional di Universitas Indonesia (UI), Jakarta Pusat, Kamis (10/3).
Hadir pada seminar internasional bertema “Peran Ulama dalam Rekonsiliasi Krisis Politik di Timur Tengah” itu Ketua Pusat Studi Kajian Timur-Tengah dan Islam UI, Muhammad Luthfi Zuhdi; Anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI, KH. Hasyim Muzadi; Duta Besar LBBP RI untuk Suriah, Drs. Djoko Harjanto dan beberapa pakar ke-Islaman dari UI.
Dibalik rekayasa itu, kata anak dari ulama kenamaan Suriah Syaikh Ramadhan Al-Buthi itu, adanya seorang aktor Yahudi yang sudah merancang sejak lama.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
“Aktor di balik itu bernama Bernand Henry Levy, dia seorang Yahudi yang mensutradarai sejumlah peperangan yang terjadi di Timur-Tengah,” ungkapnya.
“Selain peran seorang aktor, ada pula peran dari media massa. Sejumlah media massa di Timur-Tengah tidak lagi berperan sebagai penghabar berita, tetapi sudah menjadi pembuat berita, dan ini sangat berbahaya,” imbuhnya.
Lebih lanjut, menurutnya, tujuan utama dari sejumlah peperangan yang dirancang oleh agen Yahudi di Timur-Tengah, khususnya di Suriah adalah untuk memusnahkan kaum Muslimin.
“Ada tiga tujuan utama yang sudah saya amati dari peperangan yang terjadi di Suriah. Pertama, meluluhlantakkan Suriah, kedua memberikan kesan buruk tentang Islam dan ketiga mengubur mujahidin Islam dengan menjadikan rakyat Suriah sebagai korban,” ujarnya.
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
Menurutnya, usaha itu dilakukan karena orang-orang Eropa dan Amerika Serikat tidak mampu menghadapi Islam secara berhadapan, sehingga mereka memanfaatkan jihadis sebagai cara untuk melemahkan Islam.
“Ribuan orang datang dari Eropa atas nama jihadis. Kita berbicara ribuan, bukan ratusan atau puluhan, tidak mungkin jika aparat keamanan Eropa tidak mengendus hal ini. Bohong apabila mereka mengatakan tidak tahu. Anda tahu apa yang dilakukan orang-orang yang mengaku sebagai jihadis itu di Timur-Tengah? Mereka berbuat keji, membunuh orang tak berdosa, memperkosa wanita baik-baik, kemudian mereka memberitakan di media-media mereka tentang kerja mereka dengan mengatasnamakan Islam. Mereka sangat percaya diri dengan apa yang mereka lakukan,” pungkasnya. (L/P011/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain