Jakarta, 29 Muharram 1437/11 November 2015 (MINA) – Presiden Asosiasi Muslim Jepang, Hassan Ko Nakata mengatakan, tidak ada istilah Islamofobia di Jepang, sebagaimana istilah itu sering muncul di negara-negara Eropa.
“Tidak ada larangan-larangan tertentu bagi Muslim di Jepang dari pemerintah, begitu pula tidak ada istilah Islamofobia di kalangan masyarakat Jepang,” ujar Nakata saat mengisi Tabligh Akbar di Mesjid Darussalam Kota Wisata, Jakarta, Rabu (11/11).
Nakata yang juga sebagai pakar politik dan syariah menjelaskan, menurut sejarah, tidak ada kontak langsung Jepang dengan Islam hingga masa Restorasi Meiji (1867). Ini yang menjadi faktor utama mengapa tidak banyak komunitas Muslim di Jepang hingga sekarang.
“Umat Islam di Jepang masih sangat sedikit, sekitar seratus ribu orang, atau 0,1 persen dari seluruh penduduk Jepang,” ujarnya.
Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi
Ulama itu mengatakan, dari seratus ribu Muslim, hanya 10.000 penduduk asli jepang yang menganut agama Islam, sisanya merupakan pendatang dari luar negeri seperti Pakistan, Bangladesh dan Indonesia.
Sementara itu, ia menuturkan, ada sekitar 200 masjid yang tersebar di Jepang, namun bangunannya tidak besar.
Hassan Ko Nakata adalah satu dari sedikit kaum intelektual di Jepang yang tertarik pada Islam. Ia mengaku masuk Islam pada tahun 1983, tapi itu pun dia lakukan setelah 15 tahun mempelajari Islam.
Ia bersama minoritas Muslim Jepang melakukan berbagai upaya, di antaranya menerjemahkan sejumlah kitab klasik seperti Tafsir Al-Jalalain, Al-Siyasah Al-Syar’iyyah dari Ibn Taimiyyah, dan Zad Al-Mustaqni’ Al-Hujawi Al-Hanbali, juga menerbitkan majalah bulanan yang disebarkan secara secara gratis kepada seluruh Muslim Jepang dan di seluruh dunia sebagai media informasi dan komunikasi. (L/P006/P008/R05)
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat