Oleh: Yasmi Adriansyah, PhD. Dosen Hubungan Internasional, Universitas Al-Azhar Indonesia
“Sejujurnya, pada awalnya, saya sedikit takut ketika akan memberikan kuliah umum di universitas Anda, universitas Islam. Namun, saya terkejut dengan sambutan hangat serta keterbukaan komunitas akademik Anda kepada saya, seorang non-Muslim. Sejak itu, saya senang menyebut diri saya seorang juru bicara Islam. ”
Pernyataan di atas datang dari Dr. Hermawan Kartajaya secara pribadi kepada saya (Yasmi Adriansyah) di sela-sela acara di Universitas Al Azhar Indonesia di mana ia adalah salah satu pembicara. Saat itu, saya bertindak sebagai moderator acara tersebut.
Hermawan, seorang guru pemasaran global terkemuka yang berbasis di Jakarta, membuktikan pernyataannya. Pada seminar internasional baru-baru ini di Universitas Al Azhar Indonesia bekerja sama dengan Dewan Internasional untuk Usaha Kecil (ICSB) berjudul “Masa Depan Pengusaha”, Hermawan berbicara dengan fasih tentang keindahan Islam, termasuk pelajaran dari Nabi Muhammad (SAW) sebagai pengusaha.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-11] Ragu-ragu Mundur!
Hermawan juga mempromosikan pembicara lain di seminar itu, yaitu Ahmed Mohamed Osman. Dia mengatakan bahwa saudara Ahmad adalah Muslim Arab pertama yang memimpin ICSB yang bermarkas di Washington.
Hermawan percaya bahwa dengan kepemimpinan Ahmed, berasal Mesir, yang sering ‘terpisah’ antara dunia Muslim dan non-Muslim dapat dipersempit dan bahkan lebih terhubung, setidaknya di bidang bisnis dan kewirausahaan.
Kesediaan dan bukti dari Hermawan memang patut dipuji untuk dunia yang sedang bergejolak, terutama dengan munculnya Islamofobia di seluruh dunia.
Dunia membutuhkan lebih banyak dan lebih banyak lagi juru bicara Islam. Jika umat Islam sendiri bertindak sebagai juru bicara, itu normal dan itu memang seharusnya. Namun jika juru bicara adalah non-Muslim dan dari tokoh-tokoh terkemuka seperti Hermawan, itu sangat laku. Dunia membutuhkan lebih banyak juru bicara Islam seperti Hermawan.
Baca Juga: Muasal Slogan ”Al-Aqsa Haqquna”
Islamofobia adalah bahaya yang jelas dan hadir di dunia kontemporer kita saat ini. Laporan dari Kerjasama Organisasi Islam (OKI) pada 2018 yang berjudul “Laporan Observatorium OKI Kesebelas tentang Islamophobia” jelas menunjukkan bahwa kebencian terhadap Islam telah meningkat.
Beberapa laporan menyatakan, Islamofobia bangkit setelah serangan 9/11 di Amerika Serikat. Tragedi itu terjadi sudah sejak 2001 silam dan bisa dibilang, dunia dalam beberapa tahun terakhir seharusnya tidak terlalu terpengaruh oleh Islamofobia.
Namun penembakan yang terjadi di dua masjid pada 15 Maret 2019 lalu di Christchurch, Selandia Baru, malahan membuktikan bahwa Islamofobia masih merupakan fenomena yang mengancam perdamaian dunia.
Dalam menangani Islamofobia di tingkat nasional, regional, dan global, dunia membutuhkan lebih banyak juru bicara Islam. Tidak diragukan lagi sebuah organisasi seperti OKI telah berusaha tanpa lelah dalam menangani masalah itu.
Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam
Dari pernyataan para Menteri Luar Negeri hingga berbagai program kerja, OKI telah bekerja dengan harapan bahwa Islamofobia global akan berkurang. Namun itu bukan tugas yang mudah. Komunitas internasional lainnya perlu mengulurkan tangan, terutama figur non-Muslim terkemuka, yang akan bertindak sebagai juru bicara atau ‘duta besar’ Islam.
Orang mungkin mempertanyakan mengapa dunia Muslim membutuhkan non-Muslim untuk menjadi juru bicara mereka? Haruskah itu menjadi tugas umat Islam sendiri? Memang umat Islam akan bertindak sebagai juru bicara Islam.
Ini adalah bagian dari kewajiban dakwah atau menyebarkan pesan-pesan Islam sebagai berkah bagi alam semesta (rahmatan lil ‘aalamiin).
Peran saudara-saudara terkemuka seperti Ahmed dari ICSB tentu akan memberikan kontribusi signifikansi terhadap hal ini. Dan ada banyak saudara dan saudari Muslim lainnya yang melakukannya tanpa kenal lelah.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal
Meskipun demikian, keberadaan non-Muslim sebagai juru bicara juga harus memberikan dampak dalam meningkatkan citra positif Islam dan mengurangi sentimen Islamofobia.
Terutama jika non-Muslim adalah tokoh-tokoh terkemuka seperti Hermawan. Sebagai seorang pemikir dan guru pemasaran, Hermawan telah menulis beberapa buku terlaris yang ditulis bersama dengan Philip Kotler, seorang pemikir terkenal di dunia yang sering disebut sebagai ‘bapak pemasaran modern’.
Sebagai bukti sederhana, buku-buku mereka telah diterjemahkan ke lebih dari 20 bahasa dan dijual di banyak negara.
Hermawan dan juru bicara Islam terkemuka lainnya telah menulis beberapa buku, seperti, ‘the Beauty of Islam that I know as a non-Muslim’, ‘Learning Business and Marketing from Prophet Muhammad’ dan judul-judul menarik lainnya, ini bisa dibilang akan memberi nilai tinggi dan mempengaruhi bagi pembaca mereka di seluruh dunia.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan
Sebagai penutup, mari kita undang lebih banyak juru bicara Islam seperti Hermawan. Mereka sangat dicari di dunia yang saat ini sedang bergejolak. Semoga dengan melakukan upaya ini, meningkatnya ketegangan Islamofobia dapat dikurangi. Dengan begitu, dunia yang damai dapat lebih dipromosikan untuk generasi saat ini dan masa depan. (AT/Sj/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya