Oleh Bahron Ansori, wartawan Kantor Berita MINA
Seringkali kita lupa dunia ini hanya sementara. Kadangkala, kita merasa dunia adalah tempat tinggal selamanya, padahal ia hanyalah tempat setiap insan bernama manusia meninggal. Dunia hanyalah lahan dan ladang bagi setiap Muslim untuk menanam amal kebaikan. Tidak ada keabadian di dunia ini.
Jika seseorang merasa bahagia dan mendapatkan kebahagiaan di dunia ini, maka bahagianya itu hanya sementara. Tak selamanya ia mendapat dan merasakan kebahagiaan itu. Sebaliknya, jika seseorang merasa hidupnya selalu ada dalam kesulitan, yakinlah tidak selamanya kesulitan itu akan membersamainya. Karena sifat dunia itu sementara.
Dalam Islam, perbedaan antara umur dunia dan umur akhirat sangat signifikan dan memiliki makna yang dalam. Ini mencerminkan konsep bahwa kehidupan dunia benar-benar sementara, sedangkan kehidupan akhirat adalah kekal. Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai umur dunia dan umur akhirat.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-20] Tentang Istiqamah
Pertama, umur dunia ini sifatnya sementara dan terbatas. Dunia adalah tempat menempap diri dengan berbagai ujian kehidupan. Namun, orang beriman tak perlu khawatir dengan berbagai ujian yang diterima, sebab ujiannya tidak akan abadi. Dari ujian itu seorang muslim bisa mempersiapkan diri dengan berbagai amal kebaikan untuk kehidupan di masa yang akan datang.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak…” (Qs. Al-Hadid: 20).
Dalam sebuah hadis, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Umur umatku antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun, dan sangat sedikit di antara mereka yang melampaui itu.” (HR. Tirmidzi)
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
Kedua, durasinya terbatas. Umur dunia bagi manusia umumnya terbatas pada beberapa dekade, biasanya antara 60 hingga 80 tahun, meskipun beberapa orang hidup lebih lama atau lebih pendek.
Ketiga, fase kehidupan. Kehidupan di dunia terdiri dari beberapa fase seperti kelahiran, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan masa tua, sebelum akhirnya menghadapi kematian.
Pertama, sifatnya kekal. Kehidupan di akhirat adalah abadi, tidak terikat oleh waktu sebagaimana kehidupan di dunia. Setelah hari kiamat, manusia akan mengalami kehidupan yang kekal baik di surga maupun di neraka.
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan
Kedua, keabadian. Dalam Al-Qur’an, Allah menggambarkan bahwa kehidupan di akhirat tidak memiliki akhir, baik itu kebahagiaan yang abadi di surga maupun siksaan yang abadi di neraka.
Allah Ta’ala berfirma yang artinya, “Sesungguhnya kehidupan akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kalau mereka mengetahui.” (Qs. Al-Ankabut: 64).
Dalam sebuah hadis, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang masuk surga, maka ia akan hidup di dalamnya dan tidak akan mati, nikmatnya akan abadi dan tidak akan berkurang, dan pakaiannya tidak akan usang.” (HR. Muslim)
Ketiga, dimensi waktunya berbeda. Seperti disebutkan dalam Surah Al-Hajj ayat 47, satu hari di sisi Allah setara dengan seribu tahun menurut perhitungan manusia di dunia. Ini menunjukkan bahwa dimensi waktu di akhirat berbeda jauh dari yang kita pahami di dunia.
Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina
Allah Ta’ala berfirman tentang bedanya waktu dunia dan akhirat, “Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad) agar azab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”
Tugas Insan
Sebagai insan beriman, maka setelah mengetahui secara ringkas bahwa kehidupan dunia dan akhirat amat berbeda, maka setidaknya ada beberapa langkah yang harus diambil dan disiapkan oleh seorang muslim, antara lain sebagai berikut.
Pertama, persiapan akhirat. Kehidupan akhirat adalah sebuah penentuan akhir dari perjalanan hidup setiap manusia. Menyadari bahwa kehidupan dunia hanya sementara, maka seharusnya mampu menjadi pendorong kaum muslimin untuk fokus mempersiapkan diri menghadapi kehidupan akhirat dengan memperbanyak amal ibadah dan kebaikan.
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Kedua, punya prioritas hidup. Setelah mengetahui tentang perbedaan umur dunia dan akhirat, tentu hal itu akan membantu umat Islam dalam menentukan prioritas hidup, yakni lebih menitikberatkan pada nilai-nilai spiritual dan akhirat daripada kesenangan duniawi yang fana.
Ketiga, kesabaran dan ketekunan. Kesadaran ini juga memberikan kekuatan untuk bersabar dalam menjalani kehidupan sesuai rel yang digariskan oleh Allah dan rasul-Nya serta berusaha untuk tekun dalam menghadapi cobaan di dunia, karena ganjaran dan kehidupan sejati ada di akhirat.
Dengan demikian, memahami konsep umur dunia dan umur akhirat memberikan perspektif yang lebih luas dan mendalam tentang tujuan hidup dan bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupan ini.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman