Jenewa, MINA – Sejak runtuhnya pemerintahan Bashar al-Assad pada 8 Desember 2024, sekitar 400.000 pengungsi Suriah telah kembali ke tanah air mereka dari negara-negara tetangga.
Laporan Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) dalam laman resminya melaporkan, jutaan orang yang sebelumnya mengungsi di dalam negeri (IDP) juga telah kembali ke kampung halaman mereka, sehingga total lebih dari 1,4 juta warga Suriah telah kembali sejak perubahan rezim tersebut.
Konflik yang berlangsung selama lebih dari satu dekade di Suriah menyebabkan jutaan warganya mengungsi ke negara-negara tetangga seperti Lebanon, Turki, dan Yordania, serta menjadi pengungsi internal di dalam negeri.
Perang saudara yang dimulai pada 2011 mengakibatkan kehancuran infrastruktur, ekonomi, dan layanan publik, memaksa banyak warga meninggalkan rumah mereka demi keselamatan.
Baca Juga: Menteri Perdagangan China: Tarif Impor AS Picu Krisis Kemanusiaan
Meskipun banyak pengungsi yang kembali dengan harapan membangun kembali kehidupan mereka, UNHCR menyoroti tantangan signifikan yang dihadapi para pengungsi.
UNHCR telah mengembangkan Kerangka Operasional 2025 untuk Pengembalian Sukarela Pengungsi dan IDP Suriah, yang bertujuan memberikan panduan bagi pemangku kepentingan dalam mendukung proses kepulangan. Kerangka ini menekankan pentingnya memastikan kondisi yang aman, bermartabat, dan berkelanjutan bagi para returnees.
Selain itu, survei terbaru menunjukkan bahwa dari 1,95 juta orang yang masih tinggal di kamp-kamp pengungsian di barat laut Suriah, lebih dari 1 juta berencana untuk kembali ke rumah dalam 12 bulan ke depan.
Namun, hampir 1 juta lainnya belum melihat prospek kepulangan dalam waktu dekat, dengan alasan utama kurangnya perumahan yang layak dan layanan dasar. []
Baca Juga: Hakim Imigrasi Louisiana Izinkan Deportasi Aktivis Pro-Palestina Mahmoud Khalil
Mi’raj News Agency (MINA)