unhcr-indonesia-yaman.jpg" alt="" width="630" height="370" /> Foto: Arsip
Jakarta, MINA – Kurangnya perhatian media dan internasional terhadap situasi kemanusiaan Yaman dianggap menjadi salah satu faktor penyebab meningkatknya krisis di negara itu.
Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) di Indonesia melaporkan 90 persen dari 25 juta penduduk Yaman membutuhkan bantuan kemanusiaan. Dari data itu, 17,8 juta orang kekurangan makanan dan minuman.
“Artinya, 22 juta dari 25 juta warga Yaman menderita. Bayangkan 90 persen itu kalau di Indonesia, berarti 200 juta orang dari 250 juta, angka yang memprihatinkan,” kata Muhammad Isa, perwakilan UNHCR Indonesia saat menjadi pembicara pada diskusi solidaritas untuk Palestina dan Yaman di Gedung Serbaguna Komplek RJA DPR RI, Sabtu (30/12).
Isa yang sehari-hari bekerja di cabang Pekan Baru, Riau, mengatakan akibat krisis itu dua juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Hal ini juga diperparah karena wabah kolera yang sudah dalam situasi darurat.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Selasa Ini Berpotensi Diguyur Hujan
“Tadi dijelaskan setiap satu jam sekali bayi meninggal karena kolera di Yaman,” lanjutnya.
Sementara itu, pakar media Syafiq Basri Assegaf yang juga jadi pembicara menjelaskan kepada yang hadir mengenai agenda setting media dalam pemberitaan mengenai Yaman.
Pria yang pernah menjadi wartawan nasional itu mengajak warga untuk kritis membaca atau melihat pemberitaan yang media tampilkan.
“Yang kita baca dan tonton dari berita adalah realitas media bukan realitas faktanya, jadi realitas yang dibungkus media, bukan realitas aslinya,” katanya.
Baca Juga: Free Palestine Menggema di Prambanan Jazz Festival 2025
Dia mengakui pemberitaan mengenai Yaman tidak sebanyak pelaporan mengenai Palestina, Rohingya di berbagai media. Menurutnya, hal itu disebabkan karena banyak kepentingan yang beragam sehingga membuat pemberitaan sulit disimpulkan.
Mulai dari kepentingan Saudi, AS, dan Inggris yang terlibat dalam konflik Yaman. “Suriah dibuat rame karena ada ISIS, Al-Qaeda, Sementara Yaman tidak. Nanti Yaman bisa jadi dibuat seperti Suriah, ada ISIS,” katanya.
Selain Isa dan Syafiq, diskusi yang diselenggarakan yaman/">Komite Solidaritas Palestina dan Yaman itu juga menghadirkan para pembicara dari latar belakang yang berbeda, mulai dari perwakilan Amnesty Internasional Raafi Nurkarim Ardikoesoema, Aktivis Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Nurfitri Muslim Taher, Peneliti Palestina Irman Abdurrahman, perwakilan Komnas HAM Mimin Dwi Hartono dan pengamat Timur Tengah Husein Ja’far. (L/RE1/P2)
Baca Juga: BNPB Rilis Perkembangan dan Penanganan Karhutla di Sumatera Ahad-Senin
Miraj News Agency (MINA)