Cox’s Bazar, MINA – Badan Pengungsi PBB, UNHCR, mengatakan bahwa pengungsi Rohingya yang datang ke Bangladesh mengalami kelaparan, kelelahan dan trauma setelah berhari-hari dalam perjalanan menyelamatkan diri.
“Sebagian besar orang yang datang benar-benar kelelahan, beberapa dari mereka mengatakan bahwa mereka belum makan dalam beberapa hari dan sebagian mengalami trauma akibat pengalaman mereka,” kata Juru Bicara UNHCR Vivian Tan pada Ahad (3/9) kepada Al Jazeera di Cox’s Bazar, Bangladesh yang dikutip MINA.
Hingga Ahad, setidaknya 73.000 orang Rohingya melintasi perbatasan sejak kekerasan meletus pada 25 Agustus antara militan Rohingya dengan pasukan keamanan. Serangan militan membuat militer dan polisi memberlakukan hukuman kolektif terhadap warga minoritas Muslim Rohingya.
Petugas bantuan memperingatkan bahwa kamp bantuan sudah penuh karena ribuan orang terus berdatangan setiap hari.
Baca Juga: Uni Eropa Berpotensi Embargo Senjata ke Israel Usai Surat Penangkapan ICC Keluar
“Seorang wanita tiba sendirian setelah mengikuti sekelompok pengungsi di seberang perbatasan. Ketika bertemu dengan PBB, dia mengatakan bahwa suaminya telah ditembak dan bayinya yang berusia 18 bulan ditinggalkan bersama mertuanya,” ujar Vivian.
Militer di Rakhine State, barat Myanmar, diduga telah melakukan pembunuhan massal terhadap warga Muslim.
Mereka membakar puluhan desa dan ribuan rumah warga Rohingya. Tentara menembaki semua pria yang tak bersenjata, kaum wanita dan anak-anak. Kondisi itu memaksa puluhan ribu warga Rohingya melarikan diri dengan membawa barang seadanya. (T/RI-1/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Israel Perintahkan Warga di Pinggiran Selatan Beirut Segera Mengungsi