Jenewa, 20 Sya’ban 1434/29 Juni 2013 (MINA) – Adrian Edwards, Juru Bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Para Pengungsi (United Nations High Commissioner for Refugees/UNHCR) menyatakan keprihatinan lembaganya atas ketegangan dan kekerasan di wilayah Rakhine, Myanmar.
Edwards mengadakan konferensi pers di Kantor PBB Jenewa, Jumat (28/6) setelah insiden Kamis yang mengakibatkan dua orang pengungsi internal (IDP) dan enam penduduk setempat mengalami luka-luka.
Edwards mengingatkan bahwa insiden itu terjadi di kamp pengungsi Ni Pyin Kyein di kota Pauktaw negara bagian Rakhine, tempat UNHCR menyediakan tempat penampungan sementara untuk 4.400 orang dari komunitas etnis Rohingya yang mengungsi di wilayah tersebut.
Edwards mengungkapkan bahwa kekerasan diyakini dipicu oleh rumor palsu bahwa para pengungsi akan terisolasi dan dicegah kembali ke tempat asalnya.
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
“Ketika beberapa pengungsi berkumpul di sebuah pos militer terdekat, meminta pemimpin mereka diserahkan, tembakan yang digunakan oleh pemerintah untuk membubarkan kerumunan mengakibatkan melukai korban jiwa,” kata Edwards.
“Staf UNHCR tiba di tempat kejadian tidak lama setelahnya untuk menindaklanjuti keluarga korban dan memfasilitasi perhatian medis bagi mereka yang cedera. Kami juga prihatin tentang keselamatan kepala desa dan keluarganya.”
Menurut Edward, UNHCR menyerukan penyelidikan atas insiden tersebut. UNHCR mendesak pihak berwenang menangani masalah dengan cara damai dan tenang untuk menghindari memicu kekerasan lebih lanjut dan hilangnya nyawa.
Edwards juga menyerukan dialog antara pihak yang terlibat untuk menyelesaikan masalah dan menyatakan bahwa pemerintah harus membangun kepercayaan dengan masyarakat dan mendorong rekonsiliasi, sehingga mereka yang mengungsi akhirnya bisa kembali ke daerah asal mereka, Anadolu Agency melaporkan yang dikutip Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency).
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan
Ada 140.000 orang terlantar di negara bagian Rakhine sejak meletusnya kekerasan pada Juni 2012. (T/P09/R2).
Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: Israel Caplok Golan, PBB Sebut Itu Pelanggaran