Sofia, Bulgaria, 12 Muharram 1437/25 Oktober 2015 (MINA) – Uni Eropa dan para pemimpin Balkan mengadakan pembicaraan darurat, Ahad (25/10), tentang krisis pengungsi yang dihadapi Eropa. Pertemuan itu datang di tengah peringatan tiga negara di garis depan yang mengancam menutup perbatasan jika negara-negara Uni Eropa Utara berhenti menerima migran.
Pertemuan puncak mini tersebut dilakasanakan atas seruan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker, kelompok pemimpin 10 negara Uni Eropa yaitu Austria, Bulgaria, Kroasia, Jerman, Yunani, Hungaria, Belanda, Rumania, Slovenia, dan Swedia. Selain itu, pemimpin Albania, Serbia, dan Macedonia juga terlibat.
Sehari sebelum pembicaraan itu, Bulgaria, Rumania, dan Serbia mengancam akan menutup perbatasan dan tidak akan membiarkan diri mereka menjadi ‘zona penyangga’ untuk puluhan ribu migran yang masuk membanjiri ‘Benua Biru’.
“Ketiga negara itu siap (menutup perbatasan) jika Jerman dan Austria dan negara-negara lain menutup perbatasan mereka. Kita akan siap juga untuk menutup perbatasan kita pada saat yang sama,” kata Perdana Menteri Bulgaria Boyko Borisov setelah perundingan di Ibu Kota Sofia, seperti dilansir di Yahoo News, Ahad (25/10).
Baca Juga: Putin Punya Kebijakan Baru, Hapus Utang Warganya yang Ikut Perang
Selama beberapa bulan terakhir Serbia, negara nonanggota Uni Eropa, telah dibanjiri oleh migran dalam perjalanan dari Yunani dan Makedonia ke Eropa Utara. Bagi Bulgaria dan Rumania, arus dan lonjakan pengungsi belum terlalu membawa pengaruh.
Kantor Juncker mengatakan pertemuan puncak dilakukan untuk mendorong kerjasama yang lebih erat dalam menangani krisis pengungsi. Juncker mendesak negara-negara terkait untuk berhenti menyerahkan migran ke negara-negara tetangga dalam kondisi kacau.
“Negara-negara harus berhati-hati menegakkan prosedur dan tata tertib,” ujarnya. Ia menambahkan, “Komisi Eropa meminta semua orang untuk mematuhi aturan permainan jika kita tidak ingin menempatkan Schengen dalam risiko,” mengacu pada zona bebas perbatasan Uni Eropa.
Uni Eropa menghadapi rekor migran. Pekan lalu lebih dari 47.500 orang memasuki Slovenia, yang memiliki penduduk hanya dua juta jiwa. Di samping itu sebanyak 48 ribu migran memasuki Yunani, yang memiliki populasi 11 juta.
Baca Juga: Badai Salju Terjang Eropa Barat
Hongaria telah mengumumkan menutup perbatasannya dengan Serbia dan Kroasia akhir pekan lalu. Akibatnya, Slovenia kedatangan 58 ribu migra, dan banyak pengungsi yang menunggu dalam kondisi basah dan dingin.
Pemerintah Slovenia menuduh Kroasia sengaja melimpahkan ribuan migran di perbatasan. Kroasia merespons dengan mengatakan tidak memiliki pilihan karena Slovenia menerima jauh lebih sedikit migran dari yang seharusnya.
Sering musim dingin yang akan tiba, organisasi Amnesty International memperingatkan bencana kemanusiaan bisa timbul jika migran terdampar di perbatasan tanpa penanganan yang memadai dari otoritas.
“Kita akan segera menyaksikan keluarga celaka sekarat di sungai yang dingin di Balkan (jika tidak ada kesepakatan yang dicapai),” kata Junker kepada surat kabar Jerman, Bild.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Sebanyak 670 ribu orang yang melarikan diri dari konflik di Suriah, Irak, dan Afghanistan telah membanjiri Eropa sepanjang tahun ini, menjadikan krisis pengungsi terburuk sejak Perang Dunia II. Kebanyakan mirgran yang datang ke Eropa melalui Turki, Yunani, dan Balkan Barat mencari kehidupan baru di Jerman dan negara-negara Uni Eropa Utara lainnya yang makmur. (T/P022/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel