New York, 13 Dzulhijjah 1436/27 September 2015 (MINA) – Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa mengatakan, Rusia bermaksud mencegah kejatuhan Presiden Bashar Al-Assad dengan meningkatkan keterlibatan militernya di Suriah.
Komentar Federica Mogherini pada Sabtu (26/9) itu muncul mengikuti laporan 500 tentara Rusia telah dikerahkan ke front pangkalan operasi di kota pelabuhan Latakia, Suriah.
“Ketakutan akan runtuhnya struktur negara di Suriah, menjadi salah satu alasan Rusia berbicara dengan cara ini, tetapi juga menunjukkan bahwa Rusia adalah pemain penting, substansial,” kata Mogherini.
Dalam sebuah wawancara yang dilakukan dengan Al Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), perwakilan tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan James Bays mengatakan, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov telah mengatakan negaranya ingin mencegah runtuhnya negara Suriah.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Bays mengatakan, para pemimpin Uni Eropa dan AS bertemu di markas PBB di New York membahas “apa peran Presiden Suriah”, sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin, setelah penyelesaian masa depan Suriah.
“Ada pandangan yang berbeda antara para pemimpin Eropa, termasuk Inggris yang melempar gagasan kemungkinan Assad bisa tinggal selama masa transisi,” kata Bays.
Pengiriman militer Rusia ke Suriah telah membuat siaga AS dan sekutunya dalam beberapa pekan terakhir, dan Putin dijadwalkan akan membela kebijakannya itu dalam pidato di Sidang PBB, Senin (28/9).
Presiden AS Barack Obama dan Putin akan bertemu untuk membahas situasi di Suriah dan Ukraina, di sela-sela kehadiran keduanya pada Sidang PBB di Markas Besar PBB di New York. (T/P001/P2)
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata