Brussel, 16 Syawal 1434/23 Agustus 2013 (MINA) – Menteri Luar Negeri Uni Eropa memutuskan untuk menghentikan ekspor senjata yang dapat digunakan dalam menekan pemerintah sementara Mesir, akan tetapi program bantuan lainnya akan tetap berjalan.
Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius mengatakan bahwa Uni Eropa sudah memutuskan untuk menghentikan seluruh pengiriman senjata yang dapat digunakan dalam tindakan kekerasan internal Mesir.
“Kami telah memutuskan untuk mempertahankan bantuan kami bagi rakyat Mesir karena mereka sudah menderita sangat besar,” tambahnya, menurut laporan MEMO (Middle East Monitor) yang dikutip MINA (Mi’raj News Agency).
Para Menteri Luar Negeri mengadakan pertemuan darurat mengenai perkambangan di Mesir di Brussels, Rabu (21/8).
Baca Juga: Diplomat Rusia: Assad dan Keluarga Ada di Moskow
Mengkritisi tindakan keras militer Mesir yang terbaru tentang demonstran anti-kudeta di Kairo, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton menjelaskan, ia percaya bahwa operasi pembubaran paksa oleh pasukan keamanan Mesir baru-baru ini tidak pada tempatnya.
Ashton menyerukan untuk mengakhiri kekerasan tersebut dan memerlukan kesiapan Uni Eropa untuk menjadi penengah dalam usaha berdialog.
“Kami menyerukan kepada semua pihak untuk terlibat menghentikan tindak kekerasan di Mesir, menghentikan provokasi, dan menghentikan perkataan yang mendorong kebencian,” katanya.
Uni Eropa adalah mitra dagang terbesar dan sumber utama bantuan, pinjaman dan wisatawan bagi Mesir. Uni Eropa dan anggotanya menyatakan pada tahun lalu berjanji memberikan dana pinjaman dan bantuan bagi Mesir sebesar lima milyar euro (sekitar 72,2 trilyun rupiah). (T/P012/P02)
Baca Juga: Penulis Inggris Penentang Holocaust Kini Kritik Genosida Israel di Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Polandia Komitmen Laksanakan Perintah Penangkapan Netanyahu