Brussels, MINA – Uni Eropa sepakat memotong dana anggaran 2018 untuk Turki dengan alasan meragukan komitmen Ankara terhadap demokrasi dan hak asasi manusia.
Kanselir Jerman Angela Merkel telah memimpin seruan pemotongan dana yang dikaitkan dengan berhentinya usaha Turki untuk bergabung dalam blok itu, menyusul penangkapan massal di negara tersebut sejak kudeta Juli 2016 yang gagal.
Anggota Parlemen (MEP) dan negara-negara anggota telah sepakat untuk mengurangi “dana pra-kenaikan” sebesar 105 juta euro (US$ 124 juta) dan membekukan 70 juta euro tambahan dari pengeluaran yang diumumkan sebelumnya.
Dalam sebuah pernyataan, anggota parlemen mengatakan bahwa mereka menganggap situasi demokrasi, peraturan hukum dan hak asasi manusia kian memburuk. Demikian Nahar Net memberitakannya yang dikutip MINA.
Baca Juga: Penerima Zayed Award 2025 dari Pejuang Perubahan Iklim hingga Organisasi Kemanusiaan
Turki telah memecat lebih dari 140.000 pejabat sejak usaha kudeta 2016, dan menahan 50.000 lainnya, termasuk politisi oposisi, akademisi, wartawan, aktivis dan warga negara Uni Eropa.
Pemerintah Jerman telah memperingatkan warganya agar tidak berpergian ke Turki karena mereka berisiko ditangkap “sewenang-wenang”.
“Kami telah mengirim pesan yang jelas bahwa uang yang diberikan UE tidak dapat datang tanpa ikatan,” kata MEP Siegfried Muresan dari Romania, pelapor utama untuk anggaran tersebut.
Eropa telah menjanjikan 4,45 miliar euro untuk belanja pra-aksesi kepada Turki dari tahun 2014 sampai 2020, tapi hanya 360 juta euro yang telah dialokasikan sejauh ini.
Baca Juga: Demokrat Desak Mulai Kembali Program Relokasi Pengungsi Afghanistan di AS
Permohonan Ankara untuk bergabung dengan UE secara efektif membeku, karena beberapa pemimpin Eropa telah mengkritik tindakan keras Turki terhadap upaya kudeta yang gagal. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Trump Klaim Mesir dan Yordania akan Patuhi Usulan Pembersihan Etnis Palestina