Brussels, 14 Ramadhan 1434/22 Juli 2013 (MINA) – Pemerintah Uni Eropa sedang mempertimbangkan untuk memasukkan sayap militer Hizbullah Syiah Libanon dalam blacklist (daftar hitam) setelah tuduhan bahwa kelompok Libanon telah meningkatkan kegiatannya di Eropa.
Inggris telah berusaha membujuk rekan-rekan Uni Eropa sejak Mei untuk menempatkan sayap militer Syiah pada daftar blok teroris, mengutip bukti bahwa mereka berada di belakang pemboman bus mematikan di Bulgaria tahun lalu, Aljazeera melaporkan yang dikutip Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency), Senin (22/7).
Menteri luar negeri Uni Eropa membahas masalah itu hari Senin di Brussels. Memasukkan sebuah organisasi di blacklist teroris membutuhkan kebulatan suara di antara 28 negara-negara anggota.
Sampai saat ini, Uni Eropa telah menolak tekanan dari Washington dan Israel tentang blacklist Hizbullah Syiah Libanon, dengan alasan bahwa hal itu bisa memicu ketidakstabilan di Libanon, di mana kelompok tersebut merupakan bagian dari pemerintah, dan menambah ketegangan di Timur Tengah.
Baca Juga: Diplomat Rusia: Assad dan Keluarga Ada di Moskow
“Masih ada pemesanan, tapi kita bergerak menuju apa yang bisa menjadi kemungkinan satu keputusan,” kata seorang pejabat senior Uni Eropa kepada sumber Aljazeera.
Jika masuk blacklist, berarti kemungkinan pembekuan aset dalam blok 28 negara, meskipun para pejabat mengatakan ada sedikit informasi mengenai meningkatnya keberadaan atau aset Hizbullah di Eropa.
Inggris yang didukung oleh Perancis dan Belanda, berpendapat bahwa berkembangnya keterlibatan Hizbullah Syiah Libanon dalam perang Suriah, berarti Libanon sudah dalam situasi rentan dan Uni Eropa harus mempertimbangkan kemungkinan serangan di masa depan terhadap Eropa.
Hari Kamis (19/7), Libanon meminta Brussels untuk tidak memasukkan Hizbullah Syiah Libanon dalam blacklist, dengan alasan kelompok tersebut adalah komponen penting dari masyarakat Libanon.
Baca Juga: Penulis Inggris Penentang Holocaust Kini Kritik Genosida Israel di Gaza
Negara anggota Uni Eropa tertentu menyuarakan kekhawatiran bahwa langkah Uni Eropa tersebut akan memutus kontak diplomatik dengan kelompok Hizbullah Syiah Libanon.
“Beberapa negara anggota ingin diyakinkan bahwa keputusan itu dengan cara apapun tidak akan membahayakan dialog politik,” kata pejabat senior Uni Eropa.
Beberapa diplomat Uni Eropa, menanggapi kekhawatiran bahwa sanksi lebih lanjut bisa meradikalisasi kelompok, berpendapat bahwa penargetan sayap militer bisa dilakukan dalam jangka panjang, membujuk beberapa anggotanya untuk menjauh dari kekerasan beralih ke ranah politik.
Namun, Hizbullah Syiah Libanon membantah keterlibatannya dalam serangan Juli lalu di resor pantai Bourgas Bulgaria, yang menewaskan lima orang Israel dan supir mereka.
Baca Juga: Polandia Komitmen Laksanakan Perintah Penangkapan Netanyahu
Sementara Menteri Dalam Negeri Bulgaria mengatakan pekan lalu bahwa Sofia (ibukota Bulgaria) tidak ragu kelompok Syiah berada di balik serangan itu.
Untuk mendukung upayanya menjatuhkan sanksi, Inggris juga telah mengutip hukuman penjara empat tahun yang dijatuhkan oleh pengadilan Siprus pada Maret terhadap anggota Hizbullah Syiah Libanon yang dituduh merencanakan serangan terhadap kepentingan Israel di pulau tersebut. (T/P09/R2).
Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: Ratusan Ribu Warga Spanyol Protes Penanganan Banjir oleh Pemerintah
Baca Juga: Oxford Union Menyatakan Rezim ‘Apartheid’ Israel Lakukan Genosida