Jakarta, MINA – Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, bekerjasama dengan Asosiasi IoT (Internet of Things) Indonesia (ASIOTI) pada Jumat (5/3) mengumumkan empat pemenang Kompetisi EU Social DigiThon.
Para pemenang berturut-turut adalah; Tim DukaEuy dengan nama proyek “Gelang Anti Kekerasan”, Tim Untuk Ibu dengan nama proyek “Untuk Ibu: Pusat Kesehatan dan Jurnal Pendamping Kehamilan Wanita Indonesia”, Yudhis Thiro Kabul Yunior dengan nama proyek “DTRON Smart Chair”, dan Tim Solutioner dengan nama proyek “Aplikasi E-Learning untuk Penyandang Disabilitas, Sensorik Berbasis Artificial Intelligence (ELAIS)”.
Para pemenang berhak atas dukungan dana untuk mewujudkan gagasannya. Pemenang pertama meraih hadiah dana Rp 50 juta, pemenang kedua meraih hadiah dana Rp 30 juta. Dua tim di posisi pemenang ketiga masing-masing meraih hadiah Rp 20 juta. Keempat pemenang juga akan mengikuti program mentoring yang dipimpin oleh para ahli dari Uni Eropa.
Kompetisi EU Social DigiThon tahun ini yang bertema “Aksi Muda untuk Perubahan” semula hanya mencari tiga proposal terbaik akhirnya memilih empat pemenang karena melihat kualitas yang sama dari dua tim yang bersaing untuk posisi ketiga.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
“Melalui kompetisi ini, kami ingin menciptakan kaitan antara informasi digital, teknologi, serta solusi terhadap masalah sosial dan hak asasi manusia yang muncul akibat pandemi COVID-19,” ungkap Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Piket.
“Melalui EU Social DigiThon, kami juga ingin membangun hubungan yang lebih dekat dengan kaum muda Indonesia. Kami menerima respon yang luar biasa dari anak muda yang menggunakan kreatifitas dan pemikiran kritis mereka untuk memecahkan masalah kehidupan nyata di lingkungan mereka sendiri dengan solusi yang diciptakan sendiri,” kata Piket.
Keempat pemenang ini mengungguli 196 proposal yang berupaya menanggapi tantangan yang dihadapi perempuan dan anak perempuan, remaja dan anak-anak, serta penyandang disabilitas yang sangat terdampak akibat tekanan krisis pandemi Covid-19.
Dewan Juri kompetisi ini terdiri atas empat orang, yakni Andy Yentriyani, Komisioner Komnas Perempuan; Fita Indah Maulani, Sekretaris Jenderal ASIOTI; Saiti Gusrini, Manajer Program Hak Asasi Manusia/ Demokrasi pada Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia; dan Marco Bonetti, Political Officer Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia.
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
Kriteria penilaian yang digunakan juri adalah: manfaat sosial ekonomi, orisinalitas ide, tingkat kreativitas, dan dampak yang diharapkan.
Komisioner Komnas Perempuan, Andy Yentriyani, mengatakan, Proposal yang diterima dari para peserta begitu variatif dan menarik.
“Kami mencari gagasan akan solusi yang betul-betul dibutuhkan oleh kelompok rentan untuk memudahkan kehidupan mereka di tengah situasi pandemi ini. Selain dampaknya harus nyata dalam melindungi, meningkatkan harkat, dan menciptakan inklusivitas bagi sasaran penggunanya, solusi ini tidak boleh menciptakan masalah baru akibat penggunaannya,” kata Andy.
Sekretaris Jenderal ASIOTI, Fita Indah Maulani menjelaskan, sejumlah proposal bahkan sudah siap untuk didorong menjadi prototipe dan ada yang dapat dikomersialisasikan.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
“Kami juga melihat kreativitas peserta dalam memanfaatkan berbagai ragam IoT untuk memperkuat fungsi solusi mereka. Saya berharap para pemenang ini bisa terus mengembangkan solusi mereka, sehingga bisa segera dirasakan dampak positifnya secara langsung oleh masyarakat,” ujarnya. (L/R7/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia