Khortum, MINA – sebuah statistik mengejutkan yang diterbitkan Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) mengkonfirmasi 6,9 juta anak-anak Sudan putus sekolah.
Artinya, satu dari setiap tiga anak usia sekolah di negara ini tidak mengenyam pendidikan, sementara 12 juta anak lainnya tidak mengenyam pendidikan yang berkualitas. Alasan untuk ini beragam, termasuk kurangnya guru dan degradasi infrastruktur, Middle East Monitor melaporkan, Sabtu (8/10).
UNICEF telah menyerukan untuk mengamankan lingkungan yang memungkinkan anak-anak menerima pendidikan untuk mencapai impian dan aspirasi mereka.
Fenomena putus sekolah memiliki sejarah panjang di Sudan, menyebabkan penyebaran buta huruf di antara lebih dari 30 persen dari total populasi sekitar 40 juta orang.
Baca Juga: Uni Eropa Berpotensi Embargo Senjata ke Israel Usai Surat Penangkapan ICC Keluar
“Sekolah bukanlah tempat untuk mengajar anak-anak muda dasar-dasar membaca, menulis dan matematika, melainkan tempat belajar keterampilan sosial dan bersenang-senang di lingkungan yang aman, dan juga melindungi anak-anak dari bahaya fisik di sekitarnya, termasuk penganiayaan, paparan eksploitasi, dan perekrutan ke dalam kelompok militan. Selain itu, sekolah memberikan dukungan psikologis dan sosial, yang membuat mereka menyelamatkan hidup banyak anak,” kata UNICEF.
Anak berusia tiga belas tahun Babiker adalah satu dari jutaan anak Sudan yang tidak bersekolah. Dia mengatakan hanya belajar sampai kelas tiga sekolah dasar, kemudian meninggalkan sekolah untuk bekerja. Babiker sekarang bekerja di profesi pembersih mobil untuk menghidupi keluarganya.
Babiker menceritakan dia meninggalkan rumah pagi-pagi dengan ibunya, yang menjual teh di ibu kota, Khartoum, sementara dia membersihkan mobil untuk mencari nafkah. Namun, dia menyatakan siap sepenuhnya kembali ke sekolah jika kondisinya memungkinkan dan merasa sangat sedih ketika melihat teman-temannya pergi ke sekolah dan dia bekerja di jalanan.
UNICEF menegaskan anak-anak Sudan meninggalkan sekolah sebagai akibat alami dari memburuknya situasi sosial dan ekonomi, terulangnya konflik dan penutupan sekolah untuk waktu yang lama karena penyebaran pandemi COVID-19. Ini mengurangi kemungkinan anak-anak kembali ke sekolah.
Baca Juga: Israel Perintahkan Warga di Pinggiran Selatan Beirut Segera Mengungsi
Perwakilan UNICEF di Sudan Mandeep O’Brien mengatakan, tidak ada negara yang dapat menanggung beban karena tidak mengetahui sepertiga dari anak-anak usia sekolahnya tidak memiliki literasi, numerasi, atau keterampilan digital. Pendidikan bukan hanya hak, tetapi juga sumber kehidupan. (T/R7/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)