New York, MINA – UNICEF, Organisasi PBB yang fokus terhadap bantuan anak-anak melaporkan, sedikitnya delapan anak dilaporkan meninggal dan terluka akibat meningkatnya konflik kekerasan di Yaman dalam lima hari terakhir.
“Lebih dari 10.000 anak telah terbunuh atau cacat sejak eskalasi konflik pada Maret 2015 atau setara dengan empat anak setiap hari,” kata UNICEF dalam pers rilis seperti dikutip dari laman Unicef.org, Kamis (4/11).
UNICEF bahkan memperkirakan, angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi. Sebelas anak telah terbunuh atau cacat di Marib dalam sebulan terakhir ini saja.
“Setiap kali konflik di Yaman berkobar dan kekerasan meningkat, anak-anaklah yang harus membayar harga terberat,” kata Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore. “Keluarga terkoyak oleh kekerasan yang mengerikan. Anak-anak tidak bisa dan tidak boleh terus menjadi korban konflik ini”.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Serangan terhadap warga sipil – termasuk anak-anak dan objek sipil dapat melanggar hukum humaniter internasional. UNICEF menyerukan semua pihak dalam konflik untuk melindungi warga sipil, memprioritaskan keselamatan dan kesejahteraan anak-anak serta menghentikan serangan terhadap infrastruktur sipil dan di daerah padat penduduk.
Gelombang kekerasan terbaru tersebut memperburuk situasi di Yaman. Diperkirakan 1,7 juta anak menjadi pengungsi internal, lebih dari 2 juta anak putus sekolah.
Sementara, hampir 2,3 juta anak di bawah usia lima tahun menderita kekurangan gizi akut. Sekitar 8,5 juta anak tidak memiliki akses ke air bersih, sanitasi, atau kebersihan. (T/RE1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza