Sana’a, 11 Syawal 1436/27 Juli 2015 (MINA) – Kepala Perwakilan Badan PBB untuk anak-anak (UNICEF) di Yaman, Julien Harnies, mengatakan, konflik Yaman yang sedang berlangsung telah menyebabkan 1,8 juta anak mengalami putus sekolah.
Dalam sebuah pernyataan, ia mengatakan, selama konflik Yaman, lebih dari 3.600 sekolah terpaksa tutup dan para keluarga lebih memilih menyelamatkan anak-anaknya untuk tinggal bersama keluarga di tempat yang lebih nyaman. Demikian yang diberitakan oleh IINA dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin.
Dilaporkan pula, setidaknya 248 sekolah telah rusak, 270 jadi tempat mengungsi internal (IDP) dan 68 sekolah ditempati oleh kelompok-kelompok bersenjata.
UNICEF menyatakan kondisi ini membuat 200.000 siswa harus mengejar ketinggalan dalam proses belajar, sementara sekitar 1,8 juta anak yang bersekolah terganggu selama insiden bergejolak, yang memakan waktu dua bulan atau lebih.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
UNICEF memerlukan anggaran sebesar 11 juta dolar AS untuk rehabilitasi sekolah yang rusak, penyediaan alat belajar dan mengajar, pelatihan guru dan pekerja untuk memberi dukungan psikososial, dan untuk melaksanakan kampanye “Kembali ke Sekolah”.
“Memberi anak Yaman pendidikan sangat penting bagi masa depan mereka, serta bagi keluarga dan masyarakat,” kata Perwakilan UNICEF di Yaman, Julien Harnies.
“Kami melakukan semua yang kami bisa untuk mengembalikan anak-anak ke sekolah sehingga mereka tidak kehilangan pendidikan mereka. Kami mendesak pihak-pihak yang terlibat konflik untuk menghormati keselamatan sekolah sehingga dapat memberikan anak-anak kesempatan untuk belajar “, tambahnya.
Tahun ajaran berikutnya akan dijadwalkan mulai pada 5 September, tetapi itu tergantung pada situasi keamanan.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Sebelum konflik, UNICEF mengatakan, angka partisipasi sekolah layak pakai untuk Yaman mencapai 79 persen, sementara 2 juta anak-anak usia sekolah yang tidak bersekolah karena kemiskinan, diskriminasi, miskin kualitas pembelajaran dan konflik.
(T/P004/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan