Beirut, MINA – Juru bicara Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) Andrea Tenenti mengecam laporan media Israel yang menuduh pasukan penjaga perdamaian gagal melaksanakan tugasnya.
Indonesia adalah salah satu negara yang mengirim tentaranya dalam UNIFIL.
Media Israel menuduh pasukan penjaga perdamaian di Lebanon tersebut menjadi “alasan bagi Hizbullah dan pemerintah Lebanon untuk melanggar resolusi PBB 1701.”
Tenenti mengatakan bahwa laporan tersebut “tidak akurat,” kantor berita nasional NNA melaporkan Jumat (23/2).
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
“UNIFIL mengetahui, laporan media ini berisi ketidakakuratan yang jelas. UNIFIL bekerja sepanjang waktu dan melakukan sekitar 450 kegiatan operasional setiap hari. Kami memiliki koordinasi yang erat dengan Angkatan Bersenjata Lebanon, hampir 40% kegiatan kami dilakukan di malam hari,” kata Tenenti.
Dia menekankan bahwa UNIFIL sangat menghargai kemitraan strategisnya dengan tentara Lebanon, terutama dalam pelaksanaan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701.
“Tentara Lebanon merupakan bagian integral dalam menjaga ketenangan dan stabilitas di wilayah operasi UNIFIL,” tambahnya.
Israel berperang selama satu bulan melawan Hizbullah pada tahun 2006, menewaskan lebih dari 1.200 orang Lebanon, kebanyakan warga sipil, dan lebih dari 160 orang Israel tewas, kebanyakan tentara.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Resolusi 1701 diadopsi untuk mengakhiri perang tersebut, menyerukan penghormatan penuh pada Blue Line, garis perbatasan antara wilayah Lebanon dan Israel. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon