Roma, MINA – Lima departemen di Universitas Florence Italia melakukan boikot untuk memutuskan hubungan dengan institusi akademik di Israel.
Dalam pernyataannya, universitas tersebut mengatakan keputusannya sebagai bagian dari “boikot akademik” terhadap rezim Israel. Press TV melaporkan, Senin (21/7).
Langkah itu sejalan dengan kampanye global yang semakin gencar untuk hak-hak Palestina, dan sebagai bagian dari boikot akademik internasional terhadap Israel.
Departemen Ilmu Komputer dan Matematika telah mengakhiri kolaborasinya dengan Universitas Ben-Gurion di Negev, sebuah institusi yang telah lama memiliki hubungan dengan kompleks industri militer Israel.
Baca Juga: Pesawat AU Bangladesh Jatuh di Kampus, Tewaskan 20 Orang
Universitas Ben-Gurion juga dikenal sebagai tuan rumah bagi peraih Nobel, Dan Shechtman, yang mendukung jaringan akademis Zionis.
Departemen Ilmu Pertanian, Teknik, dan Teknologi juga telah menangguhkan kemitraan mereka dengan mitra Israel mereka di bawah inisiatif yang sama.
Departemen Arsitektur telah memutuskan hubungan dengan Universitas Ariel, yang terletak di permukiman ilegal di Tepi Barat yang diduduki, yang semakin menegaskan penolakan universitas terhadap institusi yang terlibat dalam pendudukan.
Boikot ini terjadi di tengah meningkatnya kecaman internasional atas perang genosida Israel di Gaza dan pendudukannya selama puluhan tahun atas tanah Palestina.
Baca Juga: Israel Cabut Visa Pakar PBB Imbas Kritik Genosida Gaza
Di seluruh dunia, komunitas akademis dan mahasiswa telah mengintensifkan tuntutan mereka agar institusi-institusi divestasi dan memboikot semua entitas yang terlibat dalam apartheid dan kejahatan perang.
Institusi akademis telah mendapat tekanan signifikan dari para guru besar dan mahasiswa untuk memutuskan hubungan dengan entitas Israel yang berperan langsung maupun tidak langsung dalam menormalisasi apartheid, melakukan penelitian untuk tujuan militer, atau mendukung pendudukan.gerakan BDS
Gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS), yang terinspirasi oleh perjuangan anti-apartheid di Afrika Selatan, telah mendapatkan momentum baru secara global di tengah genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza, di mana sebanyak 59.000 warga Palestina, yang sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan, telah terbunuh. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Sepak Terjang Netanyahu di Luar Kendali, AS Khawatir Stabilitas Timur Tengah Kian Kacau