Universitas Hsin Wu Taiwan Klarifikasi Isu Eksploitasi Mahasiswa Indonesia

Taipei, MINA – Berita mengenai sejumlah mahasiswa Indonesia di yang dipaksa bekerja di pabrik-pabrik menjadi perbincangan warganet baru-baru ini.

Pihak perguruan tinggi telah memberikan klarifikasi. Sementara Kementerian Pendidikan Taiwan sedang menyelidiki kasus ini.

Universitas Teknologi memberikan klarifikasi atas laporan yang memberitakan Program Kolaborasi Industri-Komunitas Akademik Jurusan Manajemen Informasi telah melakukan pemagangan ilegal dan dugaan elsploitasi manusia.

Menurutnya, pemberitaan tersebut bertentangan dengan kenyataan di lapangan.

Hsin Wu Technology University memprotes keras berita tersebut, dan berharap dukungan dari semua pihak, agar mahasiswa internasional berkesempatan merasakan kehangatan persahabatan Taiwan, jangan sampai memperburuk citra Kebijakan Baru ke Selatan (New Southbound Policy-NSP),” tulis pernyataan resminya yang diterima MINA, Rabu (2/1).

Fihak Universitas Hsin Wu mengungkapkan, Mahasiswa baru tidak melakukan pelanggaran dalam pemagangan dan tuduhan tersebut sangat tidak mendasar. Sebelumnya diberitakan hal itu karena para mahasiswa dilaporkan telah melanggar peraturan pada tahun pertama perkuliahan.

Menurut pernyataan tersebut, selain liburan musim dingin dan musim panas, mahasiswa bekerja dalam kelompok tidak lebih dari 20 jam per pekan, dan semuanya telah sesuai dengan prosedur yang diperlukan dalam pengajuan izin kerja, asuransi kesehatan dan tenaga kerja.Demikian pula kampus telah mengatur transportasi antar jemput mahasiswa.

“Tahun kedua perkuliahan telah diatur sistem pemagangan. Mahasiswa tidak pernah dieksploitasi dan sangat tidak masuk akal bagi mahasiswa untuk memasang sebanyak 30 ribu label dalam 10 jam per hari. Semua tercatat dalam absensi kehadiran dan dikuatkan dengan slip gaji yang diterima selama bekerja,” tulisa pernyataan resminya.

Fihak universitas menyatakan, tuduhan terhadap perlakuan mahasiswa sangat tidak beralasan. Setelah mengetahui pemberitaan ini, sebagian besar mahasiswa merasa sangat tidak nyaman dan tidak memahami mengapa media dapat memutarbalikkan fakta serta membuat pemberitaan yang bertentangan dengan kondisi mahasiswa di mana pemberitaan tersebut menunjukkan bahwa seluruh siswa akan keluar dari perkuliahan.

Padahal setelah kejadian ini, seluruh mahasiswa menyampaikan pendapat mereka ke kampus dan menyatakan akan tetap terus kuliah di kampus dan mendukung program yang ditetapkan kampus.

Univeritas ini menilai pemberitaan palsu telah merusak reputasi tinggi yang selama ini dimiliki oleh perusahaan Taiwan.

Berdasarkan kebijakan NSP, perusahaan bersedia melatih keterampilan mahasiswa gratis tanpa biaya. Mengingat keahlian di bawah standar dengan kemampuan bahasa terbatas.

Perusahaan bersedia berkorban dalam kerjasama ini, namun mereka dituduh sebagai perusahaan jahat sehingga menjadikan kebijakan NSP tidak memiliki arti.

Orientasi pelaksanaan program kolaborasi industri-komunitas akademik kelas internasional adalah kampus merekrut mahasiswa asing yang berkeinginan kuliah namun memiliki kendala ekonomi. Mengingat kemampuan keuangan mahasiswa yang terbatas, kampus memberikan pengurangan biaya kuliah dan perusahaan menyediakan kesempatan kerja bagi mahasiswa secara suka rela menyesuaikan kondisi ekonomi mahasiswa.

Sementara untuk proses seleksi dan pendaftaran dilaksanakan bekerjasama dengan pemerintah daerah dan sekolah yang menjadi mitra di Indonesia.

Fihak universitas tersebut telah memberikan penjelasan kepada seluruh siswa bersama staf pemerintah daerah Indonesia dan melaporkan kepada Gubernur Bangka.

Demikian pula Gubernur telah mengunjungi para mahasiswa di Taiwan dan menyatakan puas dengan program kerjasama ini. Pihak sekolah juga sudah memberikan konferensi pers secara resmi kepada media di Indonesia.

Kampus secara aktif melakukan perlindungan atas hak-hak dan kepentingan mahasiswa, di samping mewajibkan perusahaan mitra untuk mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku. Perusahaan juga terus melakukan koordinasi dan komunikasi dengan kampus untuk membantu mahasiswa mengatasi permasalahan yang ada.

Hsin Wu Technology University mengadakan dua konferensi pers pada 26 Desember 2018, dan perwakilan kampus membuat bantahan dan penjelasan kepada media massa tentang tuduhan palsu.

“Kami berterima kasih kepada semua media atas pemberitaan yang berimbang. Kami menyatakan bersungguh-sungguh mengelola kampus dengan benar dan tidak akan membiarkan propaganda palsu yang merusak kebijakan NSP yang akan menghancurkan reputasi Taiwan di mata dunia internasional,” tambah fihak Fihak Universitas Hsin Wu dalam pernyataan resminya.

Warga net dihebohkan dengan pemberitaan baru-baru ini mengenai laporan sekitar 300 mahasiswa Indonesia di Taiwan dipaksa bekerja di pabrik-pabrik industri.

Berita yang disyiarkan Indonesian Lantern pada Senin 31 Desember 2018 yang mengungkapkan hasil penyidikan Ko Chih-en, anggota parlemen Partai Kuomintang, Taiwan, yang diumumkan pekan lalu.

Mereka yang berasal dari 6 perguruan tinggi Taiwan, diangkut truk ke sejumlah kawasan industri yang merakit berbagai produk.

Menurut Indonesia Lantern, dalam penyelidikan diam-diam, Ko Chih-en, anggota parlemen perempuan itu menemukan bukti bahwa 300 mahasiswa Indonesia di antaranya, menjalani kuliah di Universitas Hsing Wu.(L/R01/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.