Yerusalem, MINA – Universitas Ibrani Yerusalem telah memberhentikan seorang akademisi terkemuka Palestina, Nadera Shalhoub-Kevorkian setelah dia mengatakan bahwa sudah waktunya untuk “menghapuskan Zionisme.”
Dalam sebuah wawancara dengan Channel 12 Israel baru-baru ini, Shalhoub-Kevorkian, seorang profesor hukum, mengatakan Zionisme “tidak dapat dilanjutkan, ini kriminal. Hanya dengan menghapuskan Zionisme kita dapat melanjutkannya.”
“Mereka akan menggunakan kebohongan apa pun. Mereka memulainya dengan bayi, lalu melanjutkan dengan pemerkosaan, dan akan terus melakukan jutaan kebohongan lainnya. Kami berhenti mempercayai mereka, saya berharap dunia berhenti mempercayai mereka,” tambahnya, mengacu pada tuduhan Israel kepada kelompok pejuang Hamas, mengutip Middle East Eye, Jumat (14/3).
Pada Oktober lalu, Shalhoub-Kevorkian menandatangani surat yang mengatakan Israel melakukan genosida di Gaza, dan menyerukan diakhirinya apartheid dan pendudukan yang sedang berlangsung di Palestina.
Universitas Ibrani mengatakan pada Selasa lalu, bahwa mereka mengirimkan surat resmi kepada akademisi pada saat itu, yang “menyatakan kecaman keras atas keberpihakan Prof. Shalhoub-Kevorkian dengan petisi yang mencirikan tindakan Israel di Gaza sebagai genosida dan mencapnya sebagai kekuatan pendudukan sejak tahun 1948.”
“Sebagai institusi Israel, publik, dan Zionis yang bangga, Universitas Ibrani mengutuk keras pernyataan Prof. Shalhoub-Kevorkian baru-baru ini yang mengejutkan dan keterlaluan… Untuk memastikan lingkungan yang aman dan kondusif bagi mahasiswa kami di kampus, universitas telah memutuskan untuk memberhentikan Prof. Shalhoub-Kevorkian dari kegiatan pengajaran, segera efektif,” kata pihak universitas dalam pernyataannya.
Merespon penangguhan rekannya itu, Yuri Pines, seorang profesor studi Tiongkok asal Israel di Universitas Ibrani Yerusalem, telah mengumumkan pengunduran dirinya dari lembaga tersebut.
Pines, yang mengundurkan diri pada Selasa (12/3), menulis surat kepada universitas yang menyebutkan bahwa dia mengambil keputusan tersebut setelah penangguhan Prof. Shalhoub-Kevorkian, yang menyerukan diakhirinya Zionisme.
Pines mengatakan dia akan menolak bekerja di universitas itu lagi karena komitmen ideologisnya terhadap Zionisme.
Dalam keterangannya, ia menulis: “Isi surat keji tentang pemecatan Nadera Shalhoub-Kevorkian mengejutkan saya. Saya tidak pernah berpikir bahwa Universitas Ibrani adalah sebuah institusi Zionis: Saya melihatnya sebagai sebuah institusi akademis, di mana para Zionis dan non-Zionis, serta orang-orang anti-Zionis seperti saya, dapat bekerja.”
“Saya pikir universitas ini dipimpin oleh orang-orang yang cukup rasional untuk memahami bahwa isu apakah Israel melakukan genosida di Gaza adalah bidang di mana mahasiswa dan dosen dapat dengan bebas mengekspresikan pendapat mereka,” tambahnya.
Dalam pernyataannya dia mengatakan dia belum pernah mendengar universitas memberhentikan dosennya karena sikap politiknya, dan dia akan menolak menerima posisi lain di sana di masa depan. (R/Ai/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)