Michigan, MINA – Universitas Michigan, Amerika Serikat, disebut telah menyewa jasa detektif swasta untuk memantau aktivitas mahasiswa yang terlibat dalam aksi protes pro-Palestina dan anti-genosida.
Langkah ini memicu kekhawatiran mengenai kebebasan sipil dan ruang berekspresi di lingkungan kampus.
Laporan The Guardian yang dikutip Quds News pada Sabtu (7/6), menyebutkan sejumlah mahasiswa mengaku telah diawasi, direkam, bahkan diikuti oleh agen-agen yang menyamar di dalam dan luar kampus.
Kelima mahasiswa yang diwawancarai menyatakan bahwa pengawasan tersebut dirasakan sebagai bentuk intimidasi.
Baca Juga: AS Cabut Label “Teroris” Kelompok Hayat Tahrir Al-Sham
Beberapa bahkan melaporkan mengalami pelecehan verbal, ancaman, hingga insiden nyaris tertabrak kendaraan yang mencurigakan.
Sebagian besar agen ini diduga bekerja untuk City Shield, sebuah perusahaan keamanan swasta berbasis di Detroit.
Catatan keuangan menunjukkan Universitas Michigan telah menggelontorkan dana sedikitnya 800.000 dollar AS kepada perusahaan induk City Shield, Ameri-Shield, dalam periode Juni 2023 hingga September 2024.
Salah satu mahasiswa, Katarina Keating, anggota kelompok mahasiswa Students Allied for Freedom and Equality (SAFE), menyebut pengawasan terhadap dirinya dimulai sejak November tahun lalu.
Baca Juga: Banjir Bandang Landa Texas, 89 Orang Tewas
“Mereka menghabiskan jutaan dolar untuk menyewa preman yang membuntuti aktivis kampus,” ujarnya.
Anggota SAFE lainnya, Josiah Walker, mengklaim telah mendokumentasikan beberapa agen yang membuntutinya. Dalam satu rekaman video, terlihat seorang pria menuduhnya mengejek penyandang disabilitas.
Dalam video lainnya, orang yang sama berpura-pura tuli sebelum melontarkan tuduhan pencurian yang tidak berdasar.
Walker mengatakan ia berhasil mengidentifikasi setidaknya 30 agen berbeda. Ia juga menemukan sebagian dari mereka terlibat dalam grup obrolan tertutup bernama “Intel U-M”, yang diduga melibatkan petugas kepolisian kampus.
Baca Juga: Aksi Demo di Luar Gedung Putih Kecam Kunjungan Netanyahu
Mahasiswa lain, Henry MacKeen-Shapiro, bahkan sempat dijatuhi hukuman empat hari penjara atas dugaan pelanggaran perintah pengadilan, setelah memasang selebaran di lingkungan kampus. Ia membantah tuduhan tersebut.
Menanggapi laporan ini, pihak Universitas Michigan mengakui telah menggunakan jasa keamanan eksternal, namun membantah bahwa pemantauan dilakukan berdasarkan afiliasi politik atau keyakinan mahasiswa.
“Semua tindakan keamanan yang diterapkan bertujuan untuk menjaga lingkungan kampus yang aman dan tertib. Tidak ada kebijakan yang menargetkan individu atau kelompok berdasarkan pandangan mereka,” demikian pernyataan resmi juru bicara universitas.
Meski demikian, sejumlah pengamat menilai penggunaan detektif swasta untuk mengawasi mahasiswa merupakan langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam konteks pengelolaan keamanan kampus.
Baca Juga: Terancam Kelaparan Massal, PBB Kirim Bantuan Udara ke Sudan Selatan
“Pengawasan semacam ini tentu berdampak pada iklim kebebasan berekspresi di lingkungan akademik,” kata Lindsie Rank, advokat kebebasan sipil dan kebebasan berbicara.
Tindakan keras terhadap mahasiswa terjadi di tengah meningkatnya gelombang protes di berbagai kampus AS, terkait agresi militer penjajah Israel di Gaza.
Di saat banyak institusi pendidikan menghadapi tekanan dari publik dan pemerintah federal, beberapa universitas memilih memperketat pengawasan internal.
Pada masa jabatan kedua Presiden Donald Trump, sejumlah lembaga federal mengambil sikap lebih tegas dalam menangani isu yang dianggap berkaitan dengan antisemitisme.
Baca Juga: 26 Mantan Diplomat Inggris Desak Pengakuan Negara Palestina
Salah satu caranya adalah dengan meninjau dana hibah federal kepada universitas, termasuk Harvard dan Michigan.
Berbeda dengan Harvard yang menolak tekanan tersebut, Universitas Michigan disebut memilih bekerja sama, namun mengorbankan kepercayaan dan privasi mahasiswanya.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: BRICS Kecam Pendudukan Israel, Tegaskan Gaza Bagian dari Palestina