Gaza, MINA – Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyatakan bahwa pihaknya memiliki persediaan logistik yang cukup untuk dikirim ke Jalur Gaza dalam 6.000 truk. Namun, seluruh bantuan itu masih tertahan di Yordania dan Mesir karena penjajah Israel belum membuka akses kemanusiaan.
Direktur Komunikasi UNRWA, Juliette Touma, menjelaskan bahwa bantuan tersebut mencakup kebutuhan dasar bagi jutaan warga Gaza yang terdampak agresi Israel sejak Oktober 2023.
“Badan kami memiliki persediaan yang cukup di Yordania dan Mesir untuk mengisi 6.000 truk yang siap memasuki Gaza, tetapi belum ada kemajuan untuk mewujudkannya,” ujar Touma, dikutip Al Jazeera, Sabtu (11/10).
Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan, Tom Fletcher, menambahkan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, hanya sekitar 20 persen dari total bantuan yang dibutuhkan penduduk Gaza yang berhasil disalurkan karena blokade Israel yang masih berlangsung.
Baca Juga: Israel Tolak Pembebasan 6 Tahanan Senior Palestina
UNRWA: Tanpa Kami, Bantuan Kemanusiaan di Gaza akan Gagal
Touma menegaskan bahwa PBB dan UNRWA harus diizinkan melaksanakan misi kemanusiaan tanpa hambatan dari pihak mana pun. Ia menilai bahwa akan “sangat sulit, bahkan mustahil,” membayangkan adanya respons kemanusiaan yang memadai di Gaza tanpa UNRWA.
Selain bantuan logistik, UNRWA juga memegang peran vital dalam bidang pendidikan bagi 660.000 anak-anak di Gaza yang kehilangan akses belajar selama hampir dua tahun akibat perang.
“Ketika perdamaian kembali ke Jalur Gaza yang porak-poranda, anak-anak ini akan menjadi kunci untuk membangun masa depan Gaza,” kata Touma.
Baca Juga: 151 Warga Gaza Syahid dalam 24 Jam Terakhir
Ia menambahkan, pendidikan tidak hanya membantu anak-anak menghadapi trauma, tetapi juga mengembalikan “hubungan mereka dengan sisa masa kecil yang dirampas perang.”
Saat ini, UNRWA merupakan organisasi kemanusiaan terbesar di Jalur Gaza dengan sekitar 12.000 staf lokal yang telah lama dipercaya masyarakat setempat.
Trump Janji Awasi Gencatan Senjata di Gaza
Sementara itu, media Axios melaporkan pada Jumat (10/10) bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump berjanji tidak akan membiarkan Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata yang dicapai pekan ini.
Baca Juga: Israel akan Izinkan Warga Gaza Pulang Lewat Rafah untuk Pertama Kalinya
Menurut laporan itu, Utusan Khusus Trump untuk Timur Tengah Steve Witkoff bersama menantu presiden Jared Kushner telah menyampaikan kepada kelompok perlawanan Palestina Hamas, melalui mediator Turki, Mesir, dan Qatar, bahwa Washington akan memastikan rencana perdamaian yang diusulkan Trump dapat berjalan.
Dua pejabat AS yang berbicara kepada Axios secara anonim menyebutkan, Trump berencana membentuk satuan tugas (satgas) yang dipimpin Amerika Serikat untuk memantau pelaksanaan gencatan senjata dan menangani setiap pelanggaran.
Satgas itu dilaporkan akan berbasis di Israel dengan melibatkan sekitar 200 tentara dan perwira AS, serta perwira dari Mesir, Qatar, Turki, dan Uni Emirat Arab (UEA) yang akan turut berpartisipasi dalam misi pemantauan tersebut.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Israel Curi Organ dan Tahan Jenazah Warga Palestina