Amman, MINA – Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menuduh Israel menggunakan bantuan kemanusiaan sebagai “alat tawar-menawar” dan “senjata perang” di Jalur Gaza.
Strategi kejam itu menjadikan dua juta warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, sebagai sasaran hukuman kolektif. WAFA melaporkan.
UNRWA menyerukan pencabutan blokade terhadap masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza yang telah berlangsung selama 50 hari.
Dalam sebuah unggahan di X pada Selasa (22/4), unrwa/">Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengecam situasi di Gaza.
Baca Juga: Rute Bantuan Dinilai Tidak Aman, PBB: Belum Ada Bantuan Disalurkan ke Warga Gaza
“Berapa lama lagi kata-kata kutukan kosong akan berubah menjadi tindakan untuk mencabut blokade, melanjutkan gencatan senjata, dan menyelamatkan umat manusia yang tersisa?”
“Lima puluh hari telah berlalu sejak otoritas Israel memberlakukan blokade di Gaza. Kelaparan menyebar dan memburuk. Kelaparan itu disengaja dan dibuat oleh manusia. Gaza telah menjadi tanah keputusasaan,” tambahnya.
Ia menunjukkan bahwa “pada saat yang sama, organisasi-organisasi kemanusiaan telah menyiapkan bantuan untuk memasuki Gaza, termasuk hampir 3.000 truk bantuan UNRWA yang menyelamatkan nyawa.”
Pejabat PBB tersebut memperingatkan bahwa “persediaan penting bagi orang-orang yang membutuhkan sudah mendekati tanggal kedaluwarsa.” []
Baca Juga: Puluhan Pemukim Ilegal Israel Serbu Kompleks Masjid Al-Aqsa
Mi’raj News Agency (MINA)