Gaza, MINA – Direktur kantor media Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di Jalur Gaza, Enas Al-Najjar, mengatakan bahwa Jalur Gaza memerlukan 500-600 truk berisi bantuan kemanusiaan setiap hari.
“Sebenarnya tidak perlu mempertimbangkan mekanisme baru seperti apa untuk memberikan bantuan di Jalur Gaza. Tinggal kirim. Sayangnya rencana bantuan baru untuk Gaza tidak konsisten dengan prinsip-prinsip aksi kemanusiaan,” ujar Al-Najjar. Seperti diberitakan Quds Press, Ahad (25/5).
Ia menambahkan, Ia menjelaskan bahwa rencana baru tidak menjamin distribusi bantuan yang adil kepada rakyat Gaza.
Sejak 2 Maret 2025, tidak ada bantuan kemanusiaan yang memasuki Gaza.
Baca Juga: Hassan Majdi Abu Warda, Jurnalis ke-220 yang Syahid di Gaza
Kabinet keamanan, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, memberikan suara pada tanggal 4 Maret untuk mengizinkan dimulainya kembali distribusi bantuan, tetapi dikelola oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (Gaza Humanitarian Foundation) yang bekerja atas koordinasi Amerika Serikat dan Israel.
Organisasi tersebut tengah berjuang untuk menarik lembaga kemanusiaan lain yang sudah mapan atau donor besar.
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan banyak lembaga kemanusiaan mengatakan yayasan yang akan dikelola oleh AS dan Israel itu tidak dapat bekerja sama dengan model yang melanggar prinsip, yang melarang verifikasi identitas penerima bantuan, dan mungkin tidak cukup untuk memberi makan seluruh penduduk Gaza.
Operasi bantuan Yayasan Kemanusiaan Gaza dijadwalkan diluncurkan Senin (26/5).
Baca Juga: 94 Persen Rumah Sakit di Gaza Rusak, Bantuan Mendesak Sangat Dibutuhkan
Berdasarkan proposal tersebut, Yayasan Kemanusiaan Gaza pada awalnya akan mendirikan empat lokasi distribusi yang aman dan dapat diperluas, yang masing-masing menyediakan akses ke makanan, air, dan pasokan penting lainnya untuk sekitar 300.000 orang.
Setelah fase awal ini, operasi dapat diperluas hingga menjangkau dua juta orang di Gaza.
Usulan tersebut tidak memberikan perincian yang jelas tentang bagaimana organisasi tersebut akan beroperasi di lapangan, atau sumber pendanaan untuk keseluruhan operasinya, yang akan berdampak signifikan bagi dua juta warga Palestina yang terjebak di dalam Jalur Gaza seluas 140 mil persegi, yang menghadapi risiko kelaparan, menurut perkiraan PBB.
Beberapa lembaga kemanusiaan menganggap model penyaluran bantuan tidak netral, dan lebih pada pendekatan politik dan militer, yang menguntungkan pihak pendudukan. []
Baca Juga: Negosiasi dengan Hamas Gagal, Muncul Perpecahan di Israel
Mi’raj News Agency (MINA)