Rafah, MINA – Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menolak meninggalkan wilayah Rafah, setelah desakan militer Israel agar 100.000 warga Palestina meninggalkan Rafah menjelang operasi militer Israel.
UNRWA pada Senin (6/5) bersikeras menyatakan bahwa mereka tidak berniat meninggalkan pusat bantuan penting tersebut, Mirage News melaporkannya.
“Serangan Israel di Rafah akan berarti lebih banyak penderitaan dan kematian warga sipil. Konsekuensinya akan sangat menghancurkan bagi 1,4 juta orang,” tulis UNRWA, dalam sebuah postingan di X.
“UNRWA tetap akan mempertahankan kehadirannya di Rafah selama mungkin, dan akan terus memberikan bantuan untuk menyelamatkan nyawa orang-orang,” lanjut pernyataan tersebut.
Baca Juga: Presiden Brazil: Tak Ada Perdamaian di Dunia tanpa Perdamaian di Gaza
Senada dengan itu, Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) memperingatkan, serangan darat ke Rafah akan menimbulkan risiko bencana bagi 600.000 anak yang berlindung di sana.
Banyak di antara mereka yang “sangat rentan dan berada di ambang kelangsungan hidup”, kata badan PBB itu dalam sebuah pernyataan, menyoroti meningkatnya kekerasan di Rafah.
Setiap tindakan militer Israel di Rafah kemungkinan besar akan menimbulkan banyak korban sipil dan juga menghancurkan beberapa layanan dasar dan infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat untuk bertahan hidup, tegas UNICEF.
“Ratusan ribu anak-anak yang kini terjepit di Rafah terluka, sakit, kekurangan gizi, trauma, atau hidup dengan disabilitas,” kata Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell.
Baca Juga: Anak-Anak Gaza yang Sakit Dirujuk ke Yordania
“Banyak dari mereka yang terpaksa mengungsi beberapa kali, dan kehilangan rumah, orang tua, dan orang-orang tercinta. Mereka perlu dilindungi bersama dengan layanan lain yang mereka andalkan, termasuk fasilitas medis dan tempat berlindung,” ujar Russell. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan