Yogyakarta, 17 Rabiul Awwal 1438/15 Februari 2017 (MINA) – Banyak upaya yang bisa dilakukan untuk menggerakan sinergi antara sekolah, orang tua dan masyarakat. Salah satunya yakni mengadakan pengajian bersama antara sekolah, keluarga dan masyarakat.
Hal itulah yang sudah dilakukan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Bantul, Yogyakarta sejak tiga tahun terakhir. Kegiatan tersebut selain untuk membangun ekosistem pendidikan bersama tiga pilar utama pendidikan, juga menjadi salah satu upaya membangun karakter pada peserta didik.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Bantul, Totok Sudarto menjelaskan dalam laman Kemendikbud yang dikutip MINA, ide awal pertemuan yang melibatkan langsung orang tua ini ketika pemerintah pusat membuat pengumuman tentang pelarangan menarik sumbangan apapun kepada orang tua di lingkungan sekolah.
”Ini sebenarnya ketika sekolah membutuhkan sumbangan, tapi ketika ada pengumuman dari pusat nggak boleh tarik sumbangan, ada inisiatif antara keluarga, sekolah dan masyarakat untuk membuat perkumpulan bersama,” jelasnya.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
Pertemuan rutin tersebut dilakukan setiap hari Ahad pukul 06.00-07.00 WIB, berupa pengajian baik untuk orang tua maupun anak. Menurut Totok, antusias orang tua terhadap acara tersebut sangat tinggi. Bukan hanya untuk siswa beragama Muslim, tapi juga Nonmuslim.
”Untuk teman-teman nonmuslim juga berkumpul dan kami carikan rohaniawan untuk melakukan kegiatan yang sama. Sehingga semua orang tua berkumpul di sekolah untuk melaksanakan ibadah masing-masing,” ujarnya.
Selain pengajian, dalam kesempatan temu orang tua itu juga disampaikan materi umum seputar pengasuhan anak. Seperti misalnya bagaimana memotivasi anak di rumah dan sebagainya.
”Akhir-akhir ini kami sedang memotivasi para orang tua agar tidak boleh marah kepada anak. Meskipun anak dapat nilai 5 tapi tidak boleh dimarahi. Kalau dimarahi kan justru membantah dan nggak menghargai orang tua. Kami terus berkampanye bagaimana mengkondisikan anak belajar di rumah tanpa orang tua marah,” tegasnya.
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
Dari kegiatan ini, Totok melihat perubahan karakter siswa di wilayah Bantul cukup berkurang. ”Kenakalan anak lumayan banyak berkurang. Kalau terjadi kenakalan dalam lomba futsal misalnya, kami memutuskan untuk tidak boleh diadakan lomba itu, daripada memicu,” katanyanya.
Ia juga melihat perubahan karakter dari setiap siswa di beberapa sekolah di wilayah Bantul. Salah satunya di SMP 5 Banguntapan, Bantul, yang pernah menjuarai lomba tata upacara tersebut, Totok pernah bertindak sebagai pembina upacara.
”Saya menyaksikan sendiri saat upacara bendera anak-anak sangat tertib dan disiplin dalam menjalankan upacara bendera. Benar-benar disiplin dan tak bergerak. Saya melihat ada pembentukan karakter disiplin. Saya pikir ini semua dalam rangka membangun ekosistem pendidikan yang lebih baik,” (T/R09/R01)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru