Komentar terhadap buku “Rencana Strategis Pembebasan Masid Al-Aqsa” ditulis oleh Prof. Abdul Fatah El-Awaisi
Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Pembebasan Masjid Al-Aqsa bukan hanya sekadar isu politik atau agama, tetapi merupakan amanah besar umat Islam yang memerlukan pendekatan menyeluruh (komprehensif). Dalam bukunya berjudul “Rencana Strategis Pembebasan Masjid Al-Aqsa,” Prof. Abdul Fatah El-Awaisi menekankan pentingnya peran ilmu sebagai salah satu komponen utama dalam perjuangan ini.
Baca Juga: Pemuda dan Tanggung Jawab Pembebasan Al-Aqsa
Penulis menangkap bahwa jihad ma’rifi sebagai strategi pembebasan Masjid Al-Aqsa merupakan sesuatu yang sangat urgen. Untuk menunjukkan pentingnya jihad ma’rifi, beliau menukilkan khutbah Shalahuddin Al-Ayubi Rahimahullah:
لَا تَظُنُّوا أَنِّي فَتَحْتُ هَذِهِ الْبِلَادَ بِسُيُوفِكُمْ، وَلَكِنِّي فَتَحْتُهَا بِقَلَمِ الْقَاضِي الْفَاضِلِ
“Janganlah kalian mengira bahwa aku membebaskan negeri-negeri ini dengan pedang kalian, melainkan aku membebaskannya dengan pena Qadhi Al-Fadhil.”
Dalam buku tersebut, langkah-langkah strategis pembebasan Masjidil Aqsa antara lain dengan: jihad ma’rifi, jihad siyasi, dan jihad asykari. Maka dengan langkah di atas, jihad ma’rifi menjadi pondasi utama sebelum langkah selanjutnya dilakukan.
Baca Juga: Zionis Pencipta Doktrin Antisemitisme
Di sadari atau tidak, salah satu kelemahan umat Islam saat ini adalah kurangnya perhatian terhadap ilmu sebagai alat strategis dalam sebuah perjuangan, dalam hal ini pembebasan Masjid Al-Aqsa.
Masjid Al-Aqsa yang menjadi simbol persatuan umat, memerlukan pendekatan berbasis pengetahuan yang mendalam dan terintegrasi. Jihad ma’rifi bukan hanya tentang menghasilkan buku dan karya intelektual, tetapi juga membebaskan akal umat Islam dari penjajahan pemikiran yang melemahkan identitas dan martabat mereka.
Prof. El-Awaisi menekankan bahwa ilmu adalah fondasi utama dalam membangun peradaban. Ketika umat Islam terlena oleh kejumudan, kefanatikan dan perpecahan, maka musuh-musuh Islam menggunakan kelemahan itu untuk menguasai, melakukan monopoli dan penjajahan.
Maka, prioritas untuk mengembalikan kejayaan Al-Aqsa adalah dengan membangun generasi yang memahami pentingnya ilmu dalam pembebasan tanah yang diberkahi, yakni Masjidil Aqsa.
Baca Juga: Kehidupan Berjama’ah Berimamah, Kunci Optimalisasi Pengamalan Syariat Islam
Pembebasan Akal dan Persiapan Ilmu
Ilmu memiliki kekuatan untuk membebaskan akal dari kebodohan, fanatisme, dan keterbatasan pandangan. Dalam konteks Al-Aqsa, pembebasan akal berarti mengembalikan umat pada pola pikir yang produktif dan strategis. Jihad ma’rifi mencakup pendidikan yang komprehensif, penelitian yang mendalam, serta kemampuan untuk membaca situasi global dengan cermat.
Pembebasan akal juga berhubungan dengan penguasaan berbagai bidang keilmuan. Untuk memperjuangkan Al-Aqsa, umat membutuhkan para ahli dalam bidang geopolitik, sejarah, hukum internasional, teknologi, dan media.
Dalam bukunya, Prof. El-Awaisi memperkenalkan teori lingkaran keberkahan, yaitu Masjid Al-Aqsa menjadi pusat dari keberkahan yang meluas ke wilayah-wilayah sekitarnya, juga kepada orang-orang yang memberi perhatian kepada Al-Aqsa, di manapun ia berada.
Baca Juga: Menelusuri Hadis-Hadis Akhir Zaman, Suriah, Dajjal, dan Al-Aqsa
Teori itu menunjukkan bahwa pembebasan Al-Aqsa memiliki dampak strategis yang melampaui wilayah geografisnya. Lingkaran keberkahan ini mencakup aspek spiritual, sosial, ekonomi, dan politik sehingga dapat mengangkat kembali peradaban kaum Muslimin di manapun yang memiliki kepedulian terhadapnya.
Menghidupkan kembali peran strategis Al-Aqsa berarti membangun kesadaran umat bahwa perjuangan ini adalah bagian dari visi besar peradaban Islam. Ini memerlukan pendekatan ilmu yang tidak hanya berbasis pada teks-teks agama, tetapi juga melibatkan analisis geopolitik yang mendalam.
Dengan demikian, umat Islam dapat mengantisipasi langkah-langkah musuh dan merumuskan strategi yang efektif.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam ayat pertama surah Al-Isra [17] ayat pertama:
Baca Juga: Ukhuwah, Teras Kehidupan Berjama’ah yang Membawa Berkah
سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ (الاسراء [١٧]: ١)
“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.”
Ayat ini menyebutkan keutamaan Masjid Al-Aqsa sebagai tempat yang diberkahi. Namun, makna tersirat dari ayat ini lebih dari sekadar perjalanan Isra Miraj saja, tetapi juga membangun koneksi spiritual dan intelektual umat Islam.
Dengan memahami pesan ayat di atas, umat Islam dapat menyadari bahwa pembebasan Al-Aqsa memerlukan transformasi fundamental. Ayat ini juga mengingatkan bahwa perjuangan ini bukan hanya tugas individu, tetapi tanggung jawab kolektif yang melibatkan seluruh elemen umat.
Baca Juga: Mencetak Generasi Pecinta Shalat di Awal Waktu
Masih dalam hubungan jihad ma’rifi, penulis menekankan pentingnya kaum Muslimin bersatu dan bergerak bersama dalam upaya membebaskan Masjidil Aqsa. Dalam konteks jihad ma’rifi, setiap individu memiliki peran yang sesuai dengan potensi dan keahlian mereka.
Salah satu harapan terbesar dalam perjuangan ini adalah terciptanya perubahan fundamental di kalangan umat Islam. Perubahan ini mencakup kesadaran pentingnya persatuan, keadilan, dan kontribusi kolektif.
Perubahan ini memerlukan komitmen dari berbagai elemen masyarakat, termasuk pemimpin, ulama, intelektual, dan generasi muda. Gerakan bersama yang terorganisir dapat mempercepat tercapainya tujuan pembebasan Al-Aqsa. Umat Islam dengan segenap profesinya, baik sebagai pelajar, pekerja, maupun pemimpin, memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi dalam perjuangan ini.
Jihad ma’rifi adalah salah satu prioritas yang harus dihidupkan kembali untuk membebaskan Masjid Al-Aqsa. Melalui persiapan ilmu, pembebasan akal dan pemahaman strategis, umat Islam dapat menghadapi segenap tantangan dalam upaya pembebaan Masjdil Aqsa.
Baca Juga: Agar Tenang Menghadapi Segala Takdir Allah
Dengan mengambil inspirasi dari ayat pertama surah Al-Isra, ditambah dengan buku yang Prof Uwaisi tulis, dilengkapi dengan literatur lainnya, umat Islam diharapkan dapat bergerak bersama menuju perubahan fundamental. Hanya dengan kebersamaan, ilmu, dan komitmen kolektif, pembebasan Masjid Al-Aqsa dapat menjadi kenyataan. Semoga perjuangan ini membawa keberkahan bagi seluruh umat Islam di dunia.
Wallahu a’lam bisshawab
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Ahlul Qur’an, Pelita Umat dalam Cahaya Ilahi