Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Hari ini, kemerosotan akhlak terjadi dimana-mana, tidak menutup kemungkinan di pesantren sekalipun. Kemerosotan akhlak terjadi dimana-mana, mulai dari yang berprofesi sebagai tukang sampai pejabat. Dari lembaga umum sampai institusi publik, bahkan tak terkecuali kantor-kantor yang bergerak dalam bidang keagamaan.
Anak-anak hampir-hampir tidak mengenal apa itu kesopanan dan tata krama. Kesopanan dan akhlak yang mulia dianggapnya sebagai racun kehidupan yang harus dijauhi dan ditinggalkan. Di sisi lain keteladanan akhlak mulia dan moral semakin sulit ditemukan. Sungguh suatu ironi yang memilukan, ditengah-tengah mayoritas pemeluk agama Islam terjadi hal-hal seperti itu.
Tarbiyah (pendidikan) menduduki urutan terpenting dalam upaya merubahnya. Ia merupakan obat mujarab dan terapi mental bagi krisis akhlak yang tengah terjadi. Tanpa tarbiyah penyakit ini sulit untuk disembuhkan.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Penyelenggaraan tarbiyah Islamiyah (pendidikan Islam) harus berkiblat dan berdasar kepada aqidah yang benar dan bersih dari syirik. Pendidikan yang diselenggarakan dengan muatan ajaran-ajaran bid’ah dan syirik pada hakikatnya sama dengan tidak ada pendidikan. Karena tujuan dari pendidikan itu sendiri harus mengantarkan umat manusia kepada keikhlasan dalam mengibadahi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengibadahi-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat (51) ayat : 56)
Di lain ayat Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya mengibadahi Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Q.S. Al-Bayyinah (98) ayat : 5)
Takut Meninggalkan Generasi Yang Lemah
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang artinya, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Q.S. An-Nisa (4) ayat : 9)
Ketakutan meninggalkan generasi yang lemah, terutama lemah Aqidah, selayaknya mendorong setiap insan untuk memberikan muatan aqidah yang benar. Dalam peningkatan mutu pendidikan tanpa muatan ini, pendidikan akan rentan terhadap penyimpangan dan serangan-serangan pembekokan aqidah.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-20] Tentang Istiqamah
Padahal sudah terbukti bahwa musuh-musuh Islam senantiasa akan mengembalikan kita dan anak-anak kita kepada kekafiran. Mereka akan berusaha menjadikan umat ini kafir setelah beriman, mengajak bahkan memaksa agar hidup dan gaya umat Islam mengikuti orang-orang kafir.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang artinya, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah : “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan dating kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (Q.S. Al-Baqarah (2) ayat : 120)
Di ayat lain Allah menjelaskan bahwa orang-orang kafir Ahli Kitab selalu menghalang-halangi dari jalan kebenaran dan keta’atan kepada Allah. Dia berfirman yang artinya, “Katakanlah : “Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendaki menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan?”. Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Ali Imron (3) ayat : 99)
Keluarga Adalah Benteng Madrasah Terdepan
Serangan-serangan pemurtadan dan pengkafiran terhadap anak dengan mudah dapat dilihat dan dirasakan di lingkungan keluarga. Acara-acara televisi, dan pemutaran rekaman hiburan CD dan media-media lainnya yang sarat dengan pertunjukan dan prilaku yang bertentangan dengan syariat sangat merubah pola pikir dan akhlak penontonnya.
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
Peristiwa-peristiwa ini sering kali terjadi di lingkungan rumah tangga keluarga muslim. Penyajian pendidikan Islam yang bermutu di rumah sebagai benteng pertama yang harus dibangun kini semakin langka ditemukan akibat kesibukan aktivitas mereka., demikian pula contoh dan keteladanan orang tua yang menyejukkan hati dan pengawasan mereka yang mendidik.
Perhatian, bimbingan dan keteladanan yang baik dari orang tua merupakan sesuatu yang sangat penting dalam penerapan hasil pendidikan yang didapatkan, baik itu di sekolah atau di tempat-tempat pendidikan lainnya. Bimbingan dan perhatian orang tua lebih berkesan dibanding perhatian dan bimbingan yang diberikan selainnya, sementara keteladanan akan lebih mengena dibanding kata-kata yang kosong dari pembuktian.
Wajar jika dikatakan ibu bapaknyalah yang akan mencetak anak-anaknya menjadi Yahudi, Nasroni atau Majusi. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, “Setiap anak yang dilahirkan di atas fitrah. Maka ibu bapaknyalah (yang menjadikannya) Yahudi, atau Nasroni atau Majusi.” (H.R. Muslim).
Al-Qur’an dan As-Sunnah Rujukan Kurikulum Pendidikan
Al-Qur’an adalah manhaj al-hayah (pedoman hidup) bagi umat Islam bahkan untuk seluruh umat manusia. Ia adalah Kalamullah yang bebas dari kesalahan dan pemberi syafaat yang akan diterima. Sedangkan As-Sunnah merupakan penjelas dan undang-undang kedua setelah Al-Qur’an.
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan
Kedua hukum ini (Al-Qur’an dan As-Sunnah) harus menjadi pijakan dalam pengajaran, maroji’ dalam kurikulum dan rujukan dalam pembentukan akhlak yang mulia. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selamanya selama kalian berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya (Al-Hadis).” (H.R. Malik dalam Al-Muwaththa’)
Al-Qur’an dan As-Sunnah harus merupakan pokok bahasan dalam kajian-kajian dan pengajaran, pikiran yang harus dihidupkan dan idealisme yang harus diwujudkan. Keduanya harus menjadi aturan yang diperjuangkan dan diterapkan dengan kesungguhan. Ia harus jadi pecut bagi pelaksana pendidikan dan materi bagi pelajar dan pencari pengetahuan.
Takhtim
Dekadensi moral dan ambruknya akhlak harus segera diatasi dengan pendidikan Islam yang kaffah (utuh) sejak dini. Pengajaran Islam yang kaffah diharapkan mampu menghadang gelombang pengingkaran terhadap syari’at dan pemurtadan yang salah satunya berupa maraknya kegiatan-kegiatan a moral. Lembaga-lembaga pendidikan dan pengajaran hendaknya selalu merujuk dan menjadikan Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai master kurikulum yang diajarkan dan diterapkan.
Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina
Pemikiran yang cemerlang dan konsep yang bagus hanya akan tetap menjadi sebuah bayang-bayang jika tidak dibuktikan oleh orang-orang yang peduli dan bertanggung jawab. Begitu pula tarbiyah Islamiyah, ia hanya akan menjadi angan-angan indah yang tidak berujung pada kenyataan jika tidak digerakkan oleh murabi (pendidik) yang shalih. Wallahua’lam. (R02/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?