Tel Aviv, MINA – Menteri Pertahanan Israel yang baru saja dipecat, Yoav Gallant, dilaporkan membongkar kelakukan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang tidak berniat menarik pasukan dari Jalur Gaza padahal semua tujuan telah dicapai. Ia juga menolak kesepakatan sandera yang bertentangan dengan saran lembaga keamanan Israel.
Channel 12 melaporkan, Gallant berbicara kepada keluarga sandera pada hari Kamis (7/11), dua hari setelah dipecat oleh Netanyahu, dan laporan tentang pernyataannya dengan cepat muncul di media Israel. Demikian dikutip dari The Guardian.
“Tidak ada lagi yang bisa dilakukan di Gaza. Prestasi besar telah dicapai. Saya khawatir kita tetap di sana hanya karena ada keinginan untuk berada di sana,” kata Gallant.
Dia dilaporkan memberi tahu keluarga sandera bahwa gagasan Israel harus tetap berada di Gaza untuk menciptakan stabilitas adalah “ide yang tidak pantas untuk mempertaruhkan nyawa tentara”.
Baca Juga: Hamas: Rakyat Palestina Tak Akan Kibarkan Bendera Putih
Mengutip sumber yang mengetahui percakapan tersebut, Haaretz juga melaporkan Gallant mengatakan Pasukan Israel telah mencapai semua tujuan mereka di Gaza.
Laporan surat kabar Israel tersebut mengatakan, pertimbangan perdana menteri mengenai kesepakatan sandera “bukanlah militer maupun politik”.
Gallant dikatakan telah memberi tahu keluarga-keluarga bahwa Netanyahu adalah satu-satunya orang yang dapat memutuskan, apakah akan membuat kesepakatan yang melibatkan pembebasan sandera Israel oleh Hamas dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina di penjara-penjara Israel dan gencatan senjata sementara.
Pemerintahan Biden telah mencoba menjadi perantara kesepakatan semacam itu sejak Mei, ketika presiden AS mengumumkan cetak biru kesepakatan bertahap. AS mengeklaim kesepakatan itu telah diterima oleh pemerintah Netanyahu, tetapi Perdana Menteri Israel itu membuat serangkaian komentar yang menjauhkan diri dari ketentuan-ketentuannya.
Baca Juga: Israel Makin Terisolasi di Tengah Penurunan Jumlah Penerbangan
Dia kemudian membuat kesepakatan dengan syarat mempertahankan kehadiran pasukan Zionis di koridor Philadelphia di perbatasan Gaza-Mesir, yang tidak dapat diterima oleh Hamas. Para pejabat AS mulai melihat Netanyahu sebagai hambatan yang setidaknya sama besarnya bagi perdamaian seperti Hamas.
Gallant dilaporkan memberi tahu keluarga-keluarga sandera bahwa tidak ada alasan militer untuk mempertahankan sebidang tanah itu.
“Komandan pasukan dan saya mengatakan tidak ada alasan keamanan untuk tetap berada di koridor Philadelphia. Netanyahu mengatakan bahwa itu adalah pertimbangan diplomatik. Saya katakan tidak ada pertimbangan diplomatik,” ujar Gallant.
Kepergian Gallant dari pemerintahan koalisi menyingkirkan pesaing utama terakhir Netanyahu dan yang tersisa relatif moderat, dari kabinet yang didominasi oleh sayap kanan garis keras.
Baca Juga: Palestina Tolak Rencana Israel Bangun Zona Penyangga di Gaza Utara
Pernyataan Gallant pada hari Kamis itu bersifat eksplosif secara politis di Israel, di mana keluarga para sandera yang masih ditahan di Gaza, para pendukung mereka, dan oposisi Israel semuanya menuduh Netanyahu membiarkan konflik di Gaza terus berlanjut untuk menunda pemilihan umum baru, dan berisiko kehilangan kekuasaan.
Tidak adanya gencatan senjata di Gaza juga memperpanjang konflik di Lebanon, di mana milisi Hezbollah telah bersumpah untuk terus menyerang Israel selama warga Palestina dibom. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas Kutuk AS yang Memveto Gencatan Senjata di Gaza