Bandar Lampung, 25 Dzulqa’dah 1437/28 Agustus 2016 (MINA) – Dai hendaknya memaksimalkan potensi untuk merekatkan ukhuwwah sesama Umat Islam, kata Ahmad Soleh yang biasa disapa Ustadz Ahso, asal Bogor Jawa Barat, dalam Tabligh Akbar Jamaah Muslimin (Hizbullah) Niyabah Bandar Lampung di Masjid Abdurrahman bin Auf, Way Kandis, Bandar Lampung, Ahad, (28/08).
Menurutnya, perekat umat itu bermacam-macam, dan da’i serta pribadi Muslim adalah salah satu potensi perekat.
“Seringkali perekat itu bermacam-macam. Adakalanya perekat itu berupa material tetapi juga bisa berupa immaterial. Kita dapat memberi bantuan berupa materi kepada orang yang miskin fuqara yang sedang kelaparan. Namun tentu kita tidak memberikannya kepada orang kaya yang sedang menghadapi permasalahn rumah tangga mialnya. Dia tidak perlu materi, tapi nasihat sebagai perekat,” ujarnya.
Dan dai sebagai pemberi nasihat dapat melakukan hal ini. Maka, harapnya, hendaknya masing-masing pandai memilih perekat apa yang cocok untuk bisa menyatukan hal yang berbeda dan menyatukan kembali potensi yang berserakan.
Baca Juga: Prabowo Klaim Raih Komitmen Investasi $8,5 Miliar dari Inggris
Menurutnya, membaca juga merupakan salah satu cara untuk merekatkan umat. Itulah mengapa Rasulullah diperintahkan untuk Iqra’.
“Untuk bisa merekatkan umat mulai dari membaca, untuk bisa menebar rahmat mulai dari membaca. Makna membaca sendiri tidak hanya yang tertulis tetapi juga dapat membaca informasi yang kita dapatkan dari alam,” ujarnya.
Lebih lanjut Ahso menjelaskan, makna perekat umat selanjutnya adalah rasa saling memiliki.
“Seringkali karena tidak merasa memiliki, kita tidak menyediakan. Seringkali karena kita merasa sebagai orang kaya serba terpenuhi kebutuhannya, sehingga tidak pernah terpikir kepada orang-orang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya,” katanya.
Baca Juga: Fun Run Solidarity For Palestine Bukti Dukungan Indonesia kepada Palestina
Menurutnya, orang semacam itu ialah orang buta menurut Allah dan Rasulullah Shallallahu A’laihi Wa Sallam.
“Yang disebut buta bukanlah orang yang buta matanya, tetapi buta keimanannya. Mereka punya mata tetapi tidak bisa melihat ayat-ayat Allah, mereka punya telinga tetapi tidak bisa mendengar ayat-ayat Allah,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan, kehadiran umat Islam adalah sebagai orang yang membawa risalah, sehingga ketika lisan terucap, hati terbersit, harus menjadi rahmat bagi alam, bagi seluruh umat manusia.
Ustadz Ahso juga menekankan pentingnya Muslim memahami agama ini secara benar, sehingga bisa bijaksana untuk menentukan perekat ukhuwah sesama muslim.
Baca Juga: KNEKS Kolaborasi ToT Khatib Jumat se-Jawa Barat dengan Sejumlah Lembaga
“Pemahaman kita terhadap Islam akan antarkan kepiawaian dan kebijaksanaan kita dalam memberikan perekat terhadap komunitas yang ada. Dengan itu kita akan mampu menyebarkan kasih sayang. Dan kita semua sebagai dai, penyeru, menganggap sesama Muslim sebagai pasien yang harus diobati, bukan pelanggar hukum atau bukan pula penjahat yang harus dihakimi. Kita bukan memberikan hukuman kepada orang lain,” tutupnya.(L/ism/K08/P4).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: [BEDAH BERITA MINA] ICC Perintahkan Tangkap Netanyahu dan Gallant, Akankah Terwujud?