Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ustadzah Yunibar, Nenek 65 Tahun, Pendiri Rumah Tahfidz di Painan

Rana Setiawan - Rabu, 11 November 2020 - 17:09 WIB

Rabu, 11 November 2020 - 17:09 WIB

10 Views

Oma, begitulah santri-santri memanggilnya. Wanita berusia 65 tahun itu adalah pengajar sekaligus pendiri Rumah Tahfidz Ibnu Jannah, Painan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

Nama aslinya adalah Yunibar, ia adalah pengajar Al-Quran bagi 100 lebih orang. Uniknya, mereka tak hanya terdiri dari anak-anak dan remaja saja, namun juga nenek-nenek. Ya, di Rumah Tahfidz Ibnu Jannah, Ustadzah Yunibar bersama anaknya mengajar Al-Qur’an.

Dalam keterangan tertulis PPPA Darul Quran yang diterima MINA, Rabu (11/11), perjalanan dakwahnya bermula sejak 2002 silam. Saat itu, ia sudah mengajar santri dari berbagai usia, bahkan manula yang tak lain adalah kerabatnya sendiri. Saat itu, tempat mengajinya belum memiliki nama. Namun, santri-santrinya kian hari kian bertambah.

Pada 2009, tepatnya sebelum insiden gempa bumi dahsyat yang mengguncang Sumatera Barat, santrinya sudah mencapai puluhan. Mereka mengaji mulai dari pagi, siang, sore bahkan malam.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

Namun akibat tragedi gempa bumi dengan kekuatan 7,6 Skala Richter dan menewaskan sebanyak 1.117 orang itu, rumah pribadinya yang juga merupakan tempat belajar Al-Quran itu hancur. Ia pun terpaksa meniadakan kegiatan belajar mengajarnya cukup lama.

“Gempa dulu, tahun 2009, rumah nenek habis, kamar, ruang tamu, dapur, semuanya hancur, jadi anak-anak ndak ngaji dulu,” ujar Ustadzah Yunibar.

Bukan Ustadzah Yunibar namanya jika menyerah dengan keadaan. Akhirnya setelah perjuangan yang berat, rumahnya pun kembali berdiri dan dapat memulai lagi kegiatan mengajinya.

Kejaiban pun datang. Selepas gempa, tempat mengajinya justru semakin diburu masyarakat. Maka tak heran, beberapa bulan setelah dimulai kembali kegiatan belajar mengajarnya rumah Ustadzah Yunibar penuh oleh santri yang mengaji.

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

Ia menggelar kajian di rumahnya sendiri. Tepatnya di ruang tamu berukuran sedang. Santrinya kian bertambah dan ruangan tersebut tak lagi mampu menampung mereka semua. Alhasil, ruang dapur pun digunakan untuk menampung santri.

Ustadzah Yunibar bersama santri-santrinya. (Foto: Istimewa)

Ia sendiri tak menyangka akan menerima santri begitu banyak. Sebab ia mengaku awal menjadi pengajar Al-Quran hanya dari permintaan teman-temannya yang menginginkan dirinya menjadi guru ngaji bagi mereka. Namun, lama-kelamaan anak dan cucu kerabatnya itu pun ikut mengaji kepadanya.

Ustadzah Yunibar sangat senang karena ilmunya dapat bermanfaat bagi masyarakat. Kebahagiaan Ustadzah Yunibar semakin lengkap dengan diresmikannya tempat mengajinya pada 12 Januari 2020 lalu. Dihadiri oleh Dewan Syariah Daarul Qur’an, KH. Ahmad Kosasih, Koordinator Daerah Rumah Tahfidz wilayah Sumatera Barat, Ustadz Syukur Utsman dan jajaran tokoh masyarakat, tempat mengaji itu dinamakan Rumah Tahfidz Ibnu Jannah.

Kini aktivitas sehari-hari Ustadzah Yunibar hanya berkecimpung dengan Al-Quran. Bagaimana tidak, dari pagi, siang, sore bahkan malam, ia terus menerima santri yang belajar bersamanya.

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

Di usia senjanya ini, Ustadzah Yunibar bersyukur karena dapat berperan dalam dakwah Al-Quran. Ia tidak sedikitpun mengeluh karena kelelahan, karena motivasinya mengajarkan Al-Quran adalah karena lillahi ta’ala.

“Nenek tuh, dulu suka greget sama orang yang baca basmallah aja salah, adzan di masjid salah, panjang-pendeknya, jadi dari situ nenek coba pelan-pelan belajar bareng,” tuturnya.

Banyak santrinya yang telah berprestasi di bidah tahfidzul Qur’an. Kebanggaan yang ia rasakan tak dapat digambarkan. Sebab, anak-anak yang ia didik akhirnya berhasil menghafal Al-Qur’an dan bahkan mendulang berbagai prestasi.

Prinsipnya sangat sederhana, yakni dapat bermanfaat bagi orang lain. Dengan wasilah Al-Quran, ia berharap perjuangannya di dunia kelak Allah gantikan dengan surga. Serta ilmu yang ia turunkan kepada santri-santrinya menjadi wasilah kesuksesan mereka di kemudian hari.(AK/R1/P1)

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Khadijah
Indonesia