Makassar, MINA – Ilmu adalah jihad, karenanya orang-orang yang menuntut ilmu adalah mujahid, para pejuang, demikian Ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah Ustaz Akhmad Hanafi Dain Yunta saat menjadi pembicara pertama dalam Kuliah Perdana Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar di Masjid Anas bin Malik, Selasa (24/1).
“Pasca liburan semester ganjil, STIBA Makassar kembali memulai kegiatan perkuliahan. Kuliah Perdana menjadi momentum awal kegiatan belajar mengajar di semester genap tahun ini,” kata Ustaz Akhmad juga Ketua STIBA Makassar itu.
Ia juga menjelaskan, tafsir ayat yang dibacakan qari dipembukaan adalah Tema Kuliah Perdana ‘Jalan Ilmu’, ‘Jalan Pejuang Surga’. Maka seperti yang dibaca qari tadi, ilmu adalah jihad, karenanya orang-orang yang menuntut ilmu adalah mujahid, para pejuang.
“Ayat ini menjelaskan bagaimana motivasi perjuangan dalam menuntut ilmu, karena dari sisi alur ayat, sebelum ayat 122 di Surah At-Taubah,” kata Ustaz Akhmad.
Baca Juga: Menag Akan Buka Fakultas Kedokteran di Universitas PTIQ
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah: 122).
Sebelum ayat ini disebutkan, alur ayat-ayat sebelumnya bercerita tentang jihad. Bahwa jihad itu memang harus menghadapi masalah. Pasti capek. Pasti melelahkan. Tantangannya banyak.
“Maka setelah itu Allah menjelaskan, bahwa ada medan jihad yang lain. Tidak semua kaum muslimin harus turun gelanggang menghadapi musuh secara fisik, tapi harus ada yang berjihad melawan hawa nafsu. Melawan segala yang dapat melenakan kita dari jalan menuntut ilmu. Maka bahasanya juga bahasa jihad. Kata-kata liyanfiru dan liyundziru adalah bahasa jihad,” ujar ustaz Akhmad.
Baca Juga: Presiden Prabowo Bertekad Perangi Kebocoran Anggaran
Lebih lanjut, Ustaz Akhmad menjelaskan bahwa menuntut ilmu adalah jalan jihad para penuntut ilmu. Karenanya perlu kesungguhan. Apalagi setelahnya Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قَاتِلُوا الَّذِينَ يَلُونَكُمْ مِنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوا فِيكُمْ غِلْظَةً ۚ
“Hai kamu yang beriman, berjuanglah untuk orang-orang di sekitarmu, dan biarlah mereka menemukan kekerasan darimu.” (QS. At-Taubah: 123).
Sebagai bagian dari bentuk jihad, menuntut ilmu juga memiliki konsekuensi-konsekuensi yang harus ditanggung oleh para penuntut ilmu yang sedang berada di front jihad.
Baca Juga: Pemerintah Siapkan Langkah Antisipasi Ancaman Bencana Hidrometeorologi Basah
“Maka yang namanya jihad pasti ada yang terluka, ada yang sedih, menangis, bahkan ada yang gugur. Tapi semuanya akan bernilai pahala di sisi Allah kalau kita benar-benar komitmen, jujur di atas kebenaran jalan menuntut ilmu ini,” tegas ustaz Akhmah.
Kuliah Perdana dibuka Ketua Senat STIBA Makassar Ustaz Muhammad Yusran Anshar, sementara Ustaz Muh. Ikhsan Zainuddin, Lc., M.Si., Ph.D. menjadi narasumber Kuliah Perdana. (R/R4/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Prof Yon Mahmudi: Israel Dapat Keuntungan dari Krisis Suriah Saat Ini