Cibubur, Bekasi, MINA – Dalam kajian rutin Rkonomi Islam bersama Radio Silaturahim (Rasil), Ustaz Ikhwan Basri menyampaikan, setiap orang didorong untuk mengiginkan keuntungan yang disebut self interest.
“Self interest akan mendorong untuk mendapatkan keuntungan. Di dalam Al-Qur’an keuntungan adalah fadlullah (QS. Al-Jumu’ah ayat 10),” kata ustaz Ikhwan sebagaimana yang dikutip MINA pada Jumat (15/7).
Selanjutnya, ia mengemukakan Karakter Kapitalis, ada dua macam, pertama yaitu proportyrite hak kepemilikan individu, dan kedua provitmotif mencari keuntungan.
Ia mengatakan, perdagangan yang dinginkan dalam setiap komersial adalah mendapatkan keuntungan. Keuntungan diistilahkan dengan provitmotif.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berawan Tebal Jumat Ini, Sebagian Hujan
“Hal ini yang dilakukan oleh negara kaya untuk mengekploitasi sumber daya alam negara kaya sumber daya alam. Beberapa negara kaya sumber daya alam seperti Kongo, sumber daya alam dieksploitasi oleh Negara lain,” katanya.
Lebih lanjut Ustaz Ikhwan menjelaskan, Islam mengajarkan dalam mengkonsumsi adalah tengah-tengah tidak seperti Yahudi, tidak seperti Nasrani, tapi tengah-tengah, tidak kikir dan tidak boros. Kemudian mengetahui Al Idrok Biribihi artinya mengetahui Tuhannya.
“Segala eksploitasi alam boleh dikelola asalkan tidak merubah kondisi alam karena alam telah diciptakan oleh Allah dengan sebaik-baiknya,” ujarnya.
Hal itu, kata Ustaz Ikhwan, yang tidak dimiliki oleh kapitalis. Kapitalis mengeksploitasi alam, dan dikelola semaunya, sehingga merubah kondisi alam yang terlihat menakutkan.
Baca Juga: Kemenag Kerahkan 50 Ribu Penyuluh Agama untuk Cegah Judi Online
“Dalam Islam, perusahaan secara umum harus memiliki sifat trust artinya siddiq dan amanah. Maka orang Islam harus memiliki sifat Siddiq dan amanah dalam perusahaan,” kata Ustaz Ikhwan.
Selanjutnya, dalam transaksi Hak penjual adalah menentukan harga, Hak pembeli adalah menawar.
“Pedagang baik adalah mencari keuntungan. Apabila ada penjual mendapatkan barang dengan harga Rp.5.000 kemudian menjual dengan harga yang sama Rp.5.000 maka bukan penjual yang baik,” ujarnya. (T/R6/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Indonesia Sesalkan Kegagalan DK PBB Adopsi Resolusi Gencatan Senjata di Gaza