Stockholm, MINA – Utusan khusus PBB Hans Grundberg mengatakan, gencatan senjata selama dua bulan dan baru diperbarui kembali di Yaman adalah langkah pertama menuju penyelesaian perdamaian yang lebih luas.
Hal itu disampaikan Hans dalam Forum Internasional Yaman di Stockholm pada Jumat (17/6), sebuah konferensi yang dihadiri oleh faksi-faksi politik Yaman, pakar dan perwakilan dari sejumlah organisasi masyarakat sipil.
“Gencatan senjata telah memberikan jeda kemanusiaan kepada penduduk yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah konflik, dan dari sudut pandang itu juga memberi kita ruang lingkup dan ruang bernafas untuk terlibat dalam penyelesaian politik,” katanya seperti dikutip Arab News.
Pemerintah Yaman dan milisi Houthi sepakat awal bulan ini memperpanjang gencatan senjata yang mulai berlaku pada April, dan secara signifikan mengurangi intensitas pertempuran dalam konflik yang menurut PBB telah memicu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Baca Juga: Mamdani Siap Berdialog dengan Trump, Asalkan Tak Rugikan Warga
Konflik tersebut telah menewaskan ratusan ribu orang, dan menyebabkan jutaan orang di ambang kelaparan.
Di bawah gencatan senjata, penerbangan komersial telah dilanjutkan dari bandara Sanaa ke Amman dan Kairo, dan kapal tanker minyak telah dapat berlabuh di pelabuhan penyelamat Hodeida, dalam upaya untuk mengurangi kekurangan bahan bakar.
“Gencatan senjata memberi kita langkah-langkah yang menormalkan kehidupan di daerah-daerah kecil tertentu untuk penduduk Yaman, dan yang menurut saya penting, tetapi juga simbolis,” kata Grundberg.
“Keinginan jelas yang saya miliki adalah normalisasi ini tidak hanya di bandara, tetapi pada semua masalah lain yang sedang kami tangani terus berlanjut,” tambahnya.
Baca Juga: Trump Ancam Potong Dana Pemerintah Federal ke New York setelah Kemenangan Mamdani
Ketentuan dalam perjanjian gencatan senjata bagi pemberontak untuk meredakan pengepungan mereka di kota terbesar ketiga Yaman, Taiz, belum dilaksanakan, dan pemerintah telah menuntut jalan ke kota dibuka.
“Kami telah terlibat dalam negosiasi langsung selama dua minggu terakhir di Yaman mengenai masalah ini,” ujar Grundberg.
Dia mengatakan, telah ada langkah maju tetapi tidak memberikan kerangka waktu untuk kemungkinan penyelesaian masalah ini.
“Kami telah melihat kedua belah pihak datang dengan proposal kepada kami, ingin melihat solusi tentang masalah ini, tetapi kami belum mencapai solusi tentang masalah ini,” ujarnya.
Baca Juga: Topan Kalmaegi Hantam Filipina, Sedikitnya 85 Tewas dan 75 Hilang
Negara Yaman telah dicengkeram konflik sejak Houthi yang didukung Iran menguasai ibu kota Sanaa pada 2014, memicu intervensi militer koalisi pimpinan Arab Saudi mendukung pemerintah yang terkepung pada tahun berikutnya. (T/R6/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: AS Usulkan Pencabutan Sanksi DK PBB Terhadap Presiden Suriah
















Mina Indonesia
Mina Arabic