UTUSAN PBB: KAMP PENGUNGSI ROHINGYA TEMPAT TERBURUK

Utusan khusus PBB untuk hak asasi manusia di Myanmar Lee Yang-hee
Utusan khusus untuk hak asasi manusia Lee Yang-hee (Potho: koreajoongangdaily)

Naypyidaw, 1 Shafar 1436 / 24 November 2014 (MINA) – Utusan khusus PBB untuk hak asasi manusia (HAM), di , Lee Yang-hee menceritakan perjalanannya selama mengunjungi Myanmar. Kunjungan yang pertama kali itu dia datang ke kamp pengungsian di mana kondisinya penuh sesak dan sangat memprihatinkan.

“Saya pikir tidak ada tempat terburuk, kecuali di sana,” kata Lee menggambarkan kunjungannya di kamp-kamp pengungsi di negara bagian Rakhine, Korea Joongang Daily yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin.

Lee yang juga seorang profesor psikolog anak di Sungkyukwan University mengatakan, tidak ada kamar mandi, tidak ada air bersih, mereka tinggal di satu ruangan yang penuh sesak,” kata Lee dalam Forum Urusan Internasional di Seoul, pada Jumat (21/11).

Banyak diantara mereka tidak mendapatkan jatah makan. Hanya anak-anak yang memperoleh makan, itupun karena jatah orang dewasa milik mereka diberikan kepada anak-anak.

Lee pertama kali mengunjungi Myanmar pada 16-27 Juli sebagai pelapor khusus negara. Ketika itu ia menyempatkan waktu untuk berbicara dengan para pemimpin pemerintah di Naypyidaw, ibu kota Myanmar.

Dia menyoroti pendiritaan minoritas Muslim yang tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar barat. Diperkirakan satu juta Rohingya telah ditolak kewarganegaraan meski telah tinggal di negara itu sudah beberapa generasi. Mereka terus menghadapi penganiayaan dan diskriminasi.

Sebagai pelapor, Lee mengatakan, temuannya adalah untuk membantu orang-orang di sanaguna mendapat kebebasan dasar, sebagai warganegara, minimalnya kebebasan untuk hidup.

“Tugas saya adalah memantau dan melaporkan situasi hak asasi manusia secara keseluruhan di Myanmar,” katanya.

Lee, menambahkan tugasnya ditambah untuk melaporkan kepada dewan tentang kemajuan dalam proses pemilu dan reformasi menjelang pemilu 2015. Panel ini dihadiri oleh belasan pemimpin politik, akademisi dan awak media.

Lee mempringatkan kemunduran oleh pihak berwenang di Myanmar yang dapat mengancam kemajuan yang dibuat dalam tiga tahun terakhir. Dia menegaskan ada kebutuhan untuk memperkuat penegakkan hukum guna tercapainya reformasi.

Dalam kunjungannya selama sepuluh hari tersebut, Lee juga mengadakan dialog satu jam bersama pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyii.(T/P004/R11)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Admin

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0