Jenewa, MINA – Utusan PBB untuk Libya Stephanie Williams mengatakan, dia “cukup optimis” bahwa pembicaraan yang sedang berlangsung antara pihak-pihak yang bertikai akan mengarah pada gencatan senjata yang langgeng, setelah mereka sepakat dalam perundingan untuk membuka kembali rute darat dan udara melintasi garis depan.
Berbicara pada konferensi pers pada Rabu (21/10) di tengah-tengah pembicaraan selama sepekan di Jenewa, Stephanie Williams mengatakan, kedua belah pihak juga setuju untuk mempertahankan “keadaan tenang saat ini di garis depan dan menghindari eskalasi militer.”
“Dengan senang hati saya laporkan bahwa kedua pihak telah mencapai kesepakatan tentang beberapa masalah penting yang berdampak langsung pada kehidupan dan kesejahteraan rakyat Libya,” tambahnya, Asharq Al-Aswat melaporkan.
Ada “tekad nyata untuk menjaga persatuan dan kedaulatan negara,” lanjutnya.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Libya telah terpecah sejak 2014 antara Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) di Tripoli dan Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Khalifa Haftar di timur.
Williams mengatakan, pertemuan pekan ini antara juru runding militer GNA dan LNA di Jenewa akan diikuti dengan dialog politik di Tunis mulai 9 November. Ia menambahkan bahwa negara-negara asing yang terlibat dalam konflik “perlu melepaskan tangan mereka dari Libya.”
Produksi minyak Libya dilanjutkan pada Agustus setelah delapan bulan blokade oleh LNA, tetapi negara produsen National Oil Corporation (NOC) telah memperingatkan risiko yang ditimbulkan oleh Petroleum Facility Guards (PFG), yang terdiri dari kelompok-kelompok bersenjata lokal.
Williams mengatakan, pihak di Jenewa telah setuju untuk mendelegasikan komandan PFG dari timur dan barat untuk bekerja sama dengan perwakilan NOC guna mengajukan proposal untuk merestrukturisasi penjaga guna “memastikan peningkatan dan kelanjutan” aliran minyak.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Dia menambahkan, mereka juga telah setuju untuk membuat kemajuan dalam pertukaran tahanan antara pihak yang bertikai dan penerbangan pertama antara Tripoli dan kota timur Benghazi akan dilanjutkan pekan ini.
Menurutnya, pengumuman Ketua GNA Fayez al-Sarraj bahwa dia bermaksud mundur pada akhir bulan ini “akan membantu mengakhiri periode transisi yang panjang” serta bergerak menuju pemerintahan dan institusi yang dipilih secara demokratis. (T/RI-1/P1)
mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza