Jenewa, MINA – Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Geir Pedersen mengatakan, negara-negara tetangga Suriah dan Eropa agar tidak terburu-buru mengembalikan pengungsi ke negaranya setelah jatuhnya pemerintahan Bashar Al-Assad.
“Situasi di Suriah masih belum pasti,” ujar Pedersen pada konferensi pers di markas besar PBB di Jenewa, Selasa (10/12). MEMO melaporkan.
Suriah tetap dalam kekacauan tiga hari setelah penggulingan Al-Assad, dengan konflik terus berlanjut di timur laut. Sementara Israel mengebom target dan memperluas “zona penyangga” di negara tersebut.
Meskipun banyak warga Suriah ingin kembali ke rumah, lanjutnya, “masih ada tantangan mata pencaharian. Situasi kemanusiaan sangat buruk. Ekonomi telah runtuh.”
Baca Juga: Israel Serang Suriah 300 Kali Sejak Assad Jatuh, Situs Militer Jadi Sasaran
Utusan PBB tersebut mendesak pemain asing, termasuk Israel, untuk tidak campur tangan secara militer di Suriah.
Berita tentang jatuhnya Al-Assad mendorong politisi di beberapa negara Eropa untuk menyerukan penghentian sementara pemrosesan aplikasi suaka atau bahkan pemulangan pengungsi dari konflik selama 13 tahun.
“Kembali adalah sesuatu yang diharapkan warga Suriah, tetapi mari kita pastikan komunitas internasional membantu mereka dalam proses ini,” katanya.
Kampanye Israel untuk membombardir instalasi militer di Suriah “harus dihentikan”, kata Pedersen.
Baca Juga: Kerajaan Saudi Sampaikan Pernyataan atas Perkembangan Terkini di Suriah
Pengaturan transisi Suriah juga harus inklusif sebisa mungkin, melibatkan spektrum masyarakat Suriah seluas mungkin, atau berisiko menimbulkan konflik lebih lanjut, tambahnya.
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Qatar-AS Tanda Tangani Perjanjian Senilai $50 Juta untuk Pendidikan di Afghanistan